Dalam Islam, rezeki bukan sekadar soal materi. Lebih dari itu, rezeki yang baik adalah anugerah Allah SWT yang diperoleh dari sumber halal, bersih, dan penuh berkah.
Rezeki sejati mencakup kesehatan, ketenangan hati, dan keridaan Allah, bukan hanya harta benda yang menumpuk.
Rezeki yang baik tidak membuat pemiliknya sombong atau tamak, melainkan menjadikannya pribadi yang bersyukur, merasa cukup, dan mampu berbagi manfaat kepada sesama.
Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya:
وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi. Tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.” (QS Asy-Syura: 27)
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, “Sebaik-baik rizki penghidupan ialah yang tidak melalaikan dan tidak membuatmu berlaku melampaui batas.”
Rezeki yang baik menjadi bekal hidup, bukan hanya untuk dunia, tapi juga akhirat. Dengan rezeki yang halal dan berkah, seorang hamba akan dimudahkan mencapai ketakwaan serta lebih dekat kepada Allah SWT.
Ciri-Ciri Rezeki yang Baik
1. Halal dan Bersih. Diperoleh dari usaha yang sesuai syariat Islam, tanpa merugikan orang lain.
2. Penuh Berkah.
Memberi rasa cukup, mendatangkan ketenangan hati, dan menjauhkan dari sifat serakah.
3. Bermanfaat. Dipergunakan untuk diri sendiri, keluarga, dan memberi manfaat kepada orang lain.
4. Mendatangkan Keridaan Allah.
Membawa seorang hamba semakin dekat kepada-Nya, bukan menjauh.
Sumber dan Cara Memperoleh Rezeki yang Baik
1. Usaha yang Halal: Bekerja keras dengan jujur dan penuh amanah.
2. Sedekah dan Kebaikan: Berbagi kepada sesama membuka pintu rezeki yang luas.
3. Bersyukur: Syukur atas nikmat akan melipatgandakan karunia.
4. Istighfar: Memohon ampunan dapat mengundang keberkahan hidup.
5. Menjaga Silaturahmi: Berbakti kepada orang tua dan menjaga hubungan keluarga menjadi sumber doa yang mustajab.
6. Doa kepada Allah: Memohon rezeki yang cukup, halal, dan menjauhkan dari mudarat.
Pada akhirnya, rezeki yang baik bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, melainkan seberapa berkah dan bermanfaat ia dalam hidup, serta sejauh mana mampu mendekatkan kita kepada Allah SWT.
