Prof. Dr. Abdul Haris, MA, yang menegaskan bahwa ibadah bukan sekadar ritual, melainkan sarana untuk membentuk pribadi yang lebih baik dan bertakwa. Guru Besar Bahasa Arab pertama di UMM mengingatkan bahwa ibadah yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan membawa dampak positif bagi kehidupan sehari-hari.
“Ibadah itu bertujuan untuk melatih manusia agar memiliki akhlak yang mulia. Salah satu contohnya adalah salat yang mengajarkan seseorang untuk menjaga lisan, tidak berkata buruk, dan bersikap sopan. Ini menunjukkan bahwa ibadah yang benar akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Orang yang benar-benar beribadah akan semakin rendah hati, bukan semakin sombong,” ujarnya saat menyampaikan materi dalam Safari Ramadan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (21/3/2025).
Lebih lanjut Prof Haris menyampaikan, puasa mengajarkan manusia untuk mengendalikan diri secara lebih intensif dibandingkan dengan ibadah lainnya. Puasa merupakan bentuk latihan ketakwaan umat Muslim. Durasi puasa yang lebih panjang dibandingkan dengan sholat memberikan kesempatan yang lebih besar untuk melatih kesabaran dan pengendalian diri. Meskipun sholat hanya berlangsung lima menit, puasa berlangsung selama 14 jam.
Selama rentang waktu tersebut, seseorang tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan emosi, amarah, serta meningkatkan kesabaran dan amal kebaikan.
“Puasa bukan hanya soal menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga latihan untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Seseorang yang berpuasa sejatinya telah memiliki keimanan. Tidak mungkin seseorang yang tidak beriman tiba-tiba berpuasa. Dengan kata lain, puasa juga menjadi sarana introspeksi, mengingatkan manusia pada dosa-dosa yang telah dilakukan, serta mendorong mereka untuk lebih sadar dalam bertindak,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti bahwa ujian dalam kehidupan adalah hal yang pasti terjadi. Menurutnya, Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa setiap manusia akan diuji sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kesiapan mental dan spiritual dalam menghadapi ujian hidup. Sebesar apa pun tantangan yang dihadapi, ketika seseorang bertakwa, maka masalah tersebut akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, tanpa ketakwaan, bahkan persoalan kecil pun bisa terasa sangat berat.
“Ketakwaan menjadi landasan utama dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Dengan memperbanyak istighfar, seseorang tidak hanya meringankan beban batin, tetapi juga membuka jalan kemudahan dalam setiap urusan. Istighfar menjadi bentuk pengakuan atas kelemahan manusia dan ketergantungan kepada Tuhan, yang pada akhirnya membawa ketenangan dan solusi dalam setiap kesulitan,” jelasnya.
Kajian ini ditutup dengan pengingat bahwa hidup akan lebih ringan jika seseorang mampu bersyukur atas nikmat dan bersabar dalam menghadapi cobaan. Dua prinsip ini menjadi kunci utama dalam menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan penuh keimanan. Dengan menanamkan sikap syukur dan sabar, setiap tantangan bukan lagi menjadi hambatan, melainkan bagian dari perjalanan menuju kedewasaan spiritual. (*/tim)