Pernahkah merasa sudah bersusah payah memberi, tapi hati tetap terasa hampa? Pernahkah merasa pahala dari sedekah begitu besar, namun ternyata tanpa sadar, sia-sia?
Sedekah, sejatinya adalah jalan paling mudah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Setiap rupiah yang dikeluarkan, setiap makanan yang disisihkan, setiap senyum yang ditebarkan—semua itu tidak pernah hilang. Ia tersimpan rapi di sisi Allah, menunggu untuk dikembalikan dengan balasan yang jauh lebih indah.
Namun, ada rahasia yang jarang disadari banyak orang. Sebuah rahasia yang membuat pahala sedekah bisa lenyap seketika. Bukan karena jumlahnya sedikit, bukan karena nilainya kecil, tapi karena satu hal: mengungkit-ungkit pemberian.
Ya. Ketika seseorang berkata, “Kalau bukan saya, kamu nggak akan bisa makan hari ini,” atau saat dia menyindir, “Ingat ya, dulu saya yang bantu kamu,” maka seketika pahala yang semestinya berlipat ganda itu hancur tak bersisa.
Allah sudah memperingatkan dengan begitu jelas:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِا لْمَنِّ وَا لْاَ ذٰى ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِقُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّا سِ وَلَا يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَا نٍ عَلَيْهِ تُرَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 264)
Bayangkan… seperti menanam pohon dengan penuh tenaga, menyiraminya setiap hari, lalu suatu hari kamu mencabutnya sendiri sebelum sempat berbuah. Semua kerja kerasmu hilang begitu saja, tanpa pernah bisa dipetik hasilnya.
Begitulah nasib sedekah yang tercampur dengan rasa sombong, sindiran, atau luka di hati penerimanya. Sedekah itu tidak lagi menjadi cahaya, melainkan abu yang diterbangkan angin.
Padahal, sedekah bukan tentang siapa yang memberi lebih banyak. Sedekah adalah tentang siapa yang paling ikhlas. Siapa yang sanggup memberi tanpa berharap kembali, tanpa menunggu ucapan terima kasih, tanpa berharap disanjung atau dipuji.
Karena hakikat sedekah bukan memindahkan harta dari tanganmu ke tangan orang lain. Hakikat sedekah adalah memindahkan cintamu kepada dunia menuju cinta kepada Allah.
Maka, jika suatu hari kau memberi, lalu tak ada balasan terima kasih, jangan kecewa. Jika suatu saat penerima sedekah justru lupa pada kebaikanmu, jangan sakit hati. Karena sesungguhnya, pahala sedekahmu tidak sedang tercatat di hati manusia, melainkan di Lauhul Mahfuzh, di sisi Tuhanmu.
Ingatlah, sedekah yang paling indah adalah sedekah yang bahkan penerimanya pun lupa darimu, tapi Allah tidak pernah lupa. Sedekah yang paling agung adalah sedekah yang bahkan kau sendiri tidak mengingatnya lagi, tapi Allah telah menuliskannya sebagai tabungan akhiratmu.
Jangan biarkan sedekahmu runtuh hanya karena satu kalimat yang keluar dari lidahmu. Jangan biarkan istana pahalamu hancur hanya karena sepotong sindiran yang tak mampu kau tahan.
Karena sedekah yang diiringi dengan keikhlasan akan menjadi cahaya penuntun di hari kiamat. Sedangkan sedekah yang diiringi dengan pengungkit hanya akan berubah menjadi debu yang sia-sia.
Hari ini, mungkin engkau bisa menahan lapar demi berbagi. Besok, mungkin engkau bisa menahan ego demi memberi. Dan suatu saat nanti, engkau akan tersenyum bahagia ketika Allah mengembalikan semua yang engkau beri dengan balasan yang tak terbayangkan. (*)
