Sibuklah Melihat Diri Sendiri

Sibuklah Melihat Diri Sendiri
*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jawa Timur
www.majelistabligh.id -

Introspeksi dan perbaikan diri daripada sibuk menilai, mengkritik, atau membandingkan dengan orang lain, kita diajak untuk fokus pada pertumbuhan pribadi. Apa yang bisa kita benahi? Apa niat di balik tindakan kita?

Menjaga hati dari kesombongan melihat diri sendiri dengan jujur membantu kita menyadari kelemahan, menghindari merasa lebih baik dari orang lain, dan menumbuhkan rasa rendah hati.

Menemukan arah hidup dengan mengenali potensi, nilai, dan tujuan hidup, kita bisa lebih mantap melangkah. Sibuk melihat diri sendiri bukan berarti egois, tapi sadar akan tanggung jawab dan arah hidup.

Menghindari ghibah dan penilaian sosial. Sering kali kita sibuk membicarakan orang lain, padahal waktu itu bisa digunakan untuk memperbaiki akhlak, memperkuat iman, dan memperdalam ilmu.

Dalam perspektif Islam, “sibuklah melihat diri sendiri” adalah ajakan untuk muhasabah (introspeksi), memperbaiki kekurangan, dan menjaga hati dari kesombongan serta ghibah. Ini adalah jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat.

1. Muhasabah: Introspeksi sebagai Jalan Takwa
* Islam sangat menekankan pentingnya muhasabah atau evaluasi diri. Umar bin Khattab berkata:
“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”
* Dengan sibuk melihat diri sendiri, seorang Muslim menyadari dosa, kekurangan, dan potensi yang perlu ditumbuhkan.

2. Menjaga dari Ghibah dan Kesombongan
• Sibuk menilai orang lain bisa membawa pada ghibah, prasangka, dan kesombongan.
• Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12)

3. Mengenali Kekurangan sebagai Tanda Keimanan
* Abdullah bin Al-Mubarak berkata:
Termasuk musibah terbesar adalah seseorang tahu kekurangan dirinya, tapi tidak peduli dan tidak sedih karenanya.”
* Dalam Islam, mengenali dan memperbaiki kekurangan adalah bentuk kesadaran spiritual dan tanggung jawab sebagai hamba.

4. Self-Love yang Islami: Syukur dan Penghambaan
* Mencintai diri dalam Islam bukan narsisme, tapi bentuk syukur atas ciptaan Allah dan dorongan untuk menjaga jiwa dan raga di jalan-Nya.
* Self-love yang sehat mendorong kita untuk menjaga amanah tubuh, akal, dan hati agar tetap dalam ridho Allah.

Berikut beberapa ayat Al-Qur’an yang mencerminkan makna “sibuklah melihat diri sendiri” dalam perspektif Islam, yaitu ajakan untuk muhasabah, memperbaiki diri, dan tidak sibuk menilai orang lain:

1. QS. Al-Hasyr: 18
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Makna: Allah memerintahkan kita untuk melihat ke dalam diri, mengevaluasi amal perbuatan, dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Ini adalah dasar dari muhasabah.

2. QS. An-Nur: 24
يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

Makna: Ayat ini mengingatkan bahwa setiap anggota tubuh akan menjadi saksi atas perbuatan kita. Maka, sebelum menilai orang lain, sibuklah memperbaiki diri sendiri.

3. QS. Al-Baqarah: 44
۞ اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Artinya: Mengapa kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca suci (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?

Makna: Ini teguran bagi orang yang sibuk menasihati orang lain tapi lalai memperbaiki dirinya sendiri. Islam menekankan konsistensi antara ucapan dan perbuatan.

4. QS. Az-Zumar: 53
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Makna: Allah mengajak kita untuk menyadari kesalahan diri dan kembali kepada-Nya. Fokus pada perbaikan diri adalah jalan menuju rahmat-Nya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Search