Telur Dadar Gosong dan Seni Menerima Kekurangan

Telur Dadar Gosong dan Seni Menerima Kekurangan
*) Oleh : Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
www.majelistabligh.id -

Sahabat,

Mari kita bangun kemesraan dalam rumah tangga dengan menghadirkan kebersamaan melalui sikap dan ucapan yang penuh penghargaan. Meski tidak setiap hari kita dapat berkumpul dengan keluarga, kebahagiaan dalam rumah tangga tetap dapat tercipta ketika kita menjaga perasaan satu sama lain dan menanamkan keteladanan dalam hal sekecil apa pun.

Sahabat,

Ini kisah dari seorang teman. Suatu hari, anaknya bercerita bahwa ibunya selalu menyiapkan sarapan dan makan malam untuk keluarga. Hampir setiap hari, tanpa lelah dan tanpa mengeluh. Suatu malam, sang ibu menghidangkan sayur lodeh dan telur dadar. Namun kali itu, telur dadarnya gosong. Tidak ada cadangan lain, jadi hidangan itu tetap disajikan.

Ketika ayah mulai makan, si anak memperhatikan dari samping meja makan, menunggu bagaimana reaksi ayah terhadap telur dadar gosong tersebut.

Subhanallah, ayah menikmati makan malam itu dengan lahap, seolah tidak ada yang berbeda. Ia tersenyum kepada ibu dan tetap bertanya tentang kegiatan sekolah anaknya. Tidak ada keluhan, tidak ada celaan.

Malam itu, ketika mereka beranjak dari meja makan, si anak mendengar ibu meminta maaf kepada ayah karena telur dadarnya gosong.

Jawaban ayah adalah sesuatu yang tidak pernah dilupakan si anak. Dengan lembut ia berkata,

“Bunda, jangan khawatir. Aku suka kok telur dadar buatanmu itu. Buktinya habis aku makan.”

Sebelum tidur, si anak memberanikan diri bertanya kepada ayah apakah ia benar-benar menyukai telur dadar gosong itu.

Ayah memeluk anaknya dan berkata dengan lembut,

Nak, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari. Dia pasti lelah. Jadi memakan telur dadar yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun. Lagipula, itu hanya sekali dari puluhan tahun ia memasak untuk ayah.

Ayah melanjutkan,

Nak, yang paling menyakiti hati seseorang bukanlah makanan yang gosong, tetapi perlakuan dan kata-kata kasar ketika kita tidak bisa menerima kekurangan orang lain. Telur gosong hanya terasa sebentar di lidah, tapi kata-kata yang melukai bisa membekas lama di hati.

Sang ayah menutup nasihatnya:

Hidup ini penuh kekurangan. Kita semua tidak sempurna—ayah pun begitu.

Sahabatku,

Menerima kekurangan orang lain adalah kunci terpenting untuk menciptakan hubungan yang hangat, sehat, dan harmonis. Hidup ini sudah cukup sulit. Jangan kita tambah dengan kebencian, celaan, atau pemaksaan kehendak.

Terimalah orang lain dengan segala kekurangannya—terutama pasangan kita. Bukankah kesempurnaan justru lahir dari kelapangan hati menerima ketidaksempurnaan?

Pepatah bijak berkata: Jika kamu tidak mendapatkan apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki. Dan nikmatilah, walau ia tidak sempurna.

Kisah sederhana tentang telur dadar gosong ini mengingatkan kita bahwa cinta tumbuh bukan dari kesempurnaan, tetapi dari penerimaan.

Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Search