Ulama Muhammadiyah Tak Biasa Kabulkan Hajat!

Ulama Muhammadiyah Tak Biasa Kabulkan Hajat!
*) Oleh : Dr Nurbani Yusuf, MSi
Ketua PDM Kota Batu & Komunitas Padhang Makhsyar
www.majelistabligh.id -

Kiai Ahmad Dahlan menggadaikan perabot rumahnya untuk membiayai sekolahnya karena kesulitan likuiditas.
Ulama Muhammadiyah, Mujaddid Besar pada paruh pertama abad dua puluh yang berprofesi sebagai Saudagar Batik ini tetap hidup bersahaja.

Pak AR Fakhruddin, Imam Besar Muhammadiyah empat setengah periode. Pak AR bukan sahabat juga bukan tabiin — ulama biasa, tak punya karomah, tidak disebut wali, sebab itu tidak ada haul pada hari meninggalnya. Kuburnya sepi tak ada peziarah sebab beliau tak bisa kabulkan hajat. Pak AR juga tak bisa memberi rekomendasi agar doanya warga Muhammadiyah cepat di-ijabah.

Meski Muhammadiyah menempati nomor empat terkaya di dunia. Beliau tetap sederhana. Hingga wafatnya beliau tak punya rumah sendiri — beliau nunut di rumah milik Muhammadiyah yang dikembalikan lagi setelah tidak menjabat.

Puluhan juta pengikut. Ratusan ribu santri, siswa perguruan, mahasiswa tidak menjadikan ulamanya hidup glamour. Ulama Muhammadiyah tidak pernah menjadikan umatnya sebagai sub-ordinasi, alat produksi penghasil uang atau materi lainnya apalagi sanjung puji.

Ulama bersahaja jual bensin eceran, jalan kaki naik angkot atau bus umum bila berkunjung ke daerah atau cabang yang mengundangnya— tidak pernah ‘sare’ di hotel mewah atau berbintang. Beliau memilih menginap di rumah pimpinan daerah atau cabang atau jamaah yang berkenan.

Kesahajaan ulama-ulama Muhammadiyah sudahlah teruji. Bukan karena dibuat-buat atau kepepet. Kesederhanaan ini menjadi bagian dari keseharian.

Buya Syafii Maarif, salah satu Ketua PP, salah satu guru bangsa, pikiran besar melintas batas tetap menjadi ‘loper’ majalah suara Muhammadiyah profesi yang digeluti sejak muda usia hingga ajal menjemput.

Prof Malik Fadjar Rektor Universitas Muhammadiyah Malang terbaik se dunia, penggagas kampus terpadu dan pembaharuan perguruan tinggi Islam di Indonesia kaus kakinya berlubang hingga ujung jempolnya kelihatan, tutur sahabatnya sambil menitikkan air mata.

Kesahajaan ulama-ulama Muhammadiyah ini tidak hanya pada urusan dunia, pada urusan akhirat pun demikian.

Tak ada kemewahan pada hari wafatnya, dirawat dan didoakan dengan cara biasa, sama seperti jamaah Muhammadiyah lainnya.

Tak ada haul atau kisah-kisah karomah yang diberitakan— Tak ada yang mi’radz hingga langit tujuh. Atau ngimpi ketemu Nabi saw setiap pagi dan petang. Makamnya tak ada atap, kehujanan dan kepanasan.

Sayyidatina Fatimah az Zahra putri kesayangan Nabi saw. Ahli surga tanpa dihisab, tangan beliau kasar dan sering kelelahan karena mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa pembantu.

Bahkan Nabi saw wajahnya ada bekas pelepah kurma sebagai bantal dan alas tidurnya. Kesahajaan itu nyata dan tak lelah diperbincangkan di tengah kemewahan yang dipamerkan.

Untuk Para Ulama Muhammadiyah : Lahumul faatihah … .. 🙏🏻🙏🏻♥️♥️😍.

 

Tinggalkan Balasan

Search