Yang Lembut Belum Tentu Jujur

Yang Lembut Belum Tentu Jujur
*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jatim
www.majelistabligh.id -

Yang lembut belum tentu jujur, yang keras belum tentu kejam. Kalimat ini ia mengajak kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari permukaan atau gaya penyampaiannya.

Makna Reflektif
“Yang lembut belum tentu jujur”
– Lembutnya kata-kata bisa menyembunyikan niat yang tidak tulus. Seperti gula yang manis, tapi bisa merusak jika berlebihan.
– Dalam komunikasi, kelembutan bisa menjadi topeng manipulasi jika tidak disertai kejujuran.

“Yang keras belum tentu kejam”
– Ketegasan atau kekerasan bisa lahir dari cinta dan kepedulian. Seperti obat yang pahit, tapi menyembuhkan.
– Dalam pendidikan atau kepemimpinan, teguran keras bisa menjadi bentuk kasih sayang yang mendalam.

Kalimat “Yang lembut belum tentu jujur” adalah hikmah yang mengajak kita untuk tidak tertipu oleh gaya bicara atau penampilan luar. Dalam Al-Qur’an, meskipun tidak ada ayat yang secara eksplisit menyatakan kalimat tersebut, ada beberapa ayat yang memperingatkan tentang ucapan yang indah namun menipu, dan penampilan yang lembut namun penuh kebohongan. Berikut beberapa ayat yang relevan:

1. QS. Al-Baqarah: 204–205
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهٗ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّٰهَ عَلٰى مَا فِيْ قَلْبِهٖ ۙ وَهُوَ اَلَدُّ الْخِصَامِ وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
Artinya: Di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Nabi Muhammad) dan dia menjadikan Allah sebagai saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang paling keras.

Makna:
Orang ini berbicara dengan kata-kata yang indah dan lembut, bahkan bersumpah atas nama Allah, tetapi niatnya rusak dan tindakannya merusak. Ini adalah contoh nyata bahwa kelembutan tidak selalu berarti kejujuran.

2. QS. Al-Munafiqun: 1
اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ
Artinya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta.

Makna:
Ucapan mereka tampak lembut dan penuh pujian, namun Allah menegaskan bahwa di balik itu ada kebohongan. Ini memperkuat pesan bahwa kata-kata manis belum tentu tulus.

3. QS. Al-Ahzab: 32
يٰنِسَاۤءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًاۚ
Artinya: Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.

Makna:
Ayat ini mengingatkan agar tidak menggunakan kelembutan suara untuk memanipulasi atau menggoda, karena bisa menimbulkan fitnah. Kelembutan harus disertai dengan kejujuran dan niat yang baik.

Kalimat “Yang keras belum tentu kejam” memiliki akar hikmah yang dalam.. Dalam Al-Qur’an, ada beberapa ayat yang menunjukkan bahwa ketegasan, kekerasan, atau sikap keras tidak selalu bermakna keburukan atau kekejaman. Kadang justru menjadi bentuk kasih sayang, perlindungan, atau penegakan kebenaran. Berikut beberapa ayat yang relevan:

1. QS. Al-Tahrim: 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Makna:
Malaikat penjaga neraka digambarkan keras dan kasar, tapi bukan karena kejam, melainkan karena mereka taat sepenuhnya kepada Allah dan menjalankan tugas dengan tegas. Ini menunjukkan bahwa ketegasan bisa menjadi bentuk ketaatan dan keadilan, bukan kekejaman.

2. QS. Al-Fath: 29
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ
Artinya: Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka.

Makna:
Sikap keras terhadap musuh bukanlah kekejaman, melainkan ketegasan dalam menjaga kebenaran dan solidaritas umat. Di sisi lain, mereka penuh kasih terhadap sesama. Ini menunjukkan bahwa kerasnya sikap bisa kontekstual dan bermakna perlindungan.

3. QS. Al-Baqarah: 74
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ
Artinya: Setelah itu, hatimu menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras.

Makna:
Ayat ini menyebut kekerasan hati sebagai sesuatu yang negatif. Namun, perhatikan bahwa batu pun bisa memancarkan air menunjukkan bahwa di balik kekerasan bisa ada kebaikan, tergantung pada konteks dan niat.

 

Tinggalkan Balasan

Search