Empat Kategori Hubungan Manusia dan Ilmu, Apa Saja?
Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengutip pandangan Ali Syari’ati tentang hubungan manusia dan ilmu. Menurut Ali Syari’ati, peran manusia dalam menyebarkan ilmu dapat dibagi menjadi empat kategori utama.

“Kalau kita lihat manusia dengan ilmunya, saya mengikuti pendapatnya Ali Syari’ati dalam tugas cendekiawan muslim, manusia dengan ilmunya itu dapat dikategorikan menjadi ke dalam beberapa kategori,” ucap kata Mu’ti pada (23/12/2023) di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).

Pertama-tama, terdapat golongan ilmuwan, mereka yang mengejar dunia ilmu dengan penuh dedikasi, terkadang dengan semangat “knowledge for the sake of knowledge” — ilmu untuk ilmu itu sendiri. Mereka tidak terlalu memedulikan kondisi di luar diri mereka atau situasi masyarakat, karena fokus utama mereka adalah mengembangkan ilmu.

Kemudian, ada golongan intelektual, individu yang memiliki ilmu dan kemudian mengamati kondisi masyarakatnya. Mereka berusaha untuk menyumbangkan pemikiran dan tindakan yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun Mu’ti menyoroti bahwa terkadang kehadiran intelektual yang terlibat dalam kegiatan politik yang kurang etis, seperti melakukan survei untuk kepentingan politik tertentu.

Kategori ketiga adalah ideolog, yaitu mereka yang memiliki ilmu, kapasitas intelektual, dan berjuang untuk mewujudkan ideologi atau keyakinan sebagai prinsip dalam gerakan mereka sebagai ilmuwan.

“Ideolog adalah mereka yang memiliki ilmu, memiliki kapasitas intelektual dan memperjuangkan ideologi atau keyakinan yang menjadi prinsip dalam gerakan sebagai seorang ilmuwan,” tutur Mu’ti.

Terakhir, golongan ulama, individu yang tidak hanya memiliki kedalaman ilmu, tetapi juga pencerahan nurani dan kemampuan untuk selalu berusaha yang terbaik dalam memajukan umat dan bangsa.

“Ulama adalah seseorang yang memiliki kedalaman ilmu pencerahan nurani dan kemampuan untuk selalu senantiasa melakukan upaya-upaya terbaik dalam memajukan umat dan memajukan bangsa,” terang Mu’ti.

Mu’ti menggambarkan ulama sebagai orang yang memiliki empat sifat melekat pada diri mereka: ulul ilmi (yang memiliki ilmu), ulul albab (yang memiliki ketajaman nurani dan akal budi), ulin nuha (orang yang dengan ilmunya dapat berhenti dari aktivitas yang dilarang Allah), dan ulil abshar (yang memiliki pandangan yang berbobot).

Dengan kategorisasi ini, Mu’ti menyoroti peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda dari setiap kelompok dalam kontribusinya terhadap perkembangan ilmu, masyarakat, dan moralitas. Perspektifnya memberikan gambaran tentang kompleksitas hubungan antara ilmu, pemahaman masyarakat, dan pengaruh ideologi dalam membentuk peran manusia dalam masyarakat. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini