Beri Sanksi Pegawai AUM yang Malas Bermuhammadiyah
Prof. Biyanto. foto: mudipat

Karyawan yang bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) wajib ikut aktif bermuhammadiyah. Jika tidak, mereka akan dinilai berkinerja rendah, karena aturan tersebut menyatu di pakta integritas waktu pengangkatan pegawai AUM.

“Mereka juga wajib ikut kegiatan kajian maupun pengajian dalam rangka internalisasi nilai-nilai Islam dan Muhammadiyah,” ujar Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof. Biyanto kepada majelistabligh.id, Senin (1/1/2024).

Penegasan tersebut merespons pernyataan Khoirul Abduh, Wakil Ketua PWM Jatim. Saat memberi sambutan dalam Pelantikan Mejelis dan Lembaga PDM Sumunep, Minggu (31/12/2023), Abduh mengkritik keras banyaknya karyawan AUM yang tidak aktif bermuhammadiyah.

Fakta itu banyak terjadi di sekolah, perguruan tinggi, dan AUM lainnya. Mereka tidak memahami dan menjalankan aturan dan dasar organisasi, beribadah, dan bermuamalah sesuai ruh Muhammadiyah.

Biyanto menegaskan, aktif di Muhammadiyah adalah bagian dari penilaian kinerja pegawai AUM. Karenanya, pegawai AUM yang malas bermuhammadiyah akan berpengaruh besar terhadap kariernya.

“Aktif di Muhammadiyah menjadi pertimbangan dalam pengangkatan kenaikan pangkat dan pimpinan maupun pejabat di AUM,” tegas Guru Besar UINSA itu.

Baca juga: Kerja di AUM, tapi Tak Pernah Aktif Bermuhammadiyah

Biyanto lalu menjelaskan, biasanya pimpinan Persyarikatan memberikan penilaian dari sisi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Dari aspek ini, pimpinan Persyarikatan bisa tidak merekomendasikan yang bersangkutan untuk diangkat sebagai pejabat di AUM

“Penilaian keaktifan pegawai AUM di Persyarikatan sudah diatur di setiap AUM. Persoalannya, apakah pimpinan AUM melaksanakan peraturan itu atau tidak,” tegas dia.

“Jika tidak ditunaikan, maka kinerja pimpinan AUM akan dinilai buruk oleh pimpinan Persyarikatan penyelenggara AUM,” timpal Biyanto.

Dia lalu mengatakan, pegawai AUM wajib aktif di Muhammadiyah. Karena tujuan pendirian AUM yang paling penting ada dua, yakni sebagai media dakwah dan kaderisasi Muhammadiyah.

Sebagai media dakwah, AUM harus mendakwahkan paham Islam dalam perspektif Muhammadiyah.

“Yang bertugas mendakwahkan adalah mereka yang bekerja di AUM,” cetus pria juga kolumnis di berbagai media ternama ini.

Baca juga: Baca juga: Kenapa Pekerja AUM Malas Bermuhammadiyah? Ini Penjelasan Wakil Ketua PWM Jatim

Sementara, sambung Biyanto, AUM sebagai media kaderisasi bermakna bahwa dari AUM kita berharap lahir banyak kader.

Kader dalam pengertian ini bisa berarti kader Persyarikatan Muhammadiyah, kader bangsa, dan kader umat.

Mengingat begitu pentingnya AUM sebagai media dakwah dan kaderisasi, maka terasa sangat aneh kalau mereka yang bekerja di AUM tidak aktif di Muhammadiyah.

“Karena itu, saya mengajak teman-teman pegawai AUM untuk menjadi duta dakwah Muhammadiyah sekaligus kader penggerak organisasi ini di tempat tinggal masing-masing,” pungkas Biyanto. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini