Oleh: Afifun Nidlom S.Ag., M.Pd,
Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jawa Timur
اَلْحَمْدُ ِلِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ بِنِعْمَتِهِ، اَلْمَعْبُوْدِ بِرَحْمَتِهِ، اَلْمُطَاعِ بِسُلْطَا نِهِ، اَلْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ، اَلنَّافِذِ أَمْرِهِ فِيْ سَمَائِهِ وَأَرْضِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada zaman Nabi SAW di Madinah, terdapat beberapa agama yang ada dan pemeluknya hidup berdampingan. Pada suatu waktu, diriwayatkan oleh al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. para pemeluk berbagai agama bersitegang.
Orang-orang yang berpegang kepada kitab Taurat mengatakan, “Kitab kami adalah sebaik-baik kitab, dan nabi kami adalah sebaik-baik nabi.”
Pemegang kitab Injil mengatakan hal yang semisal. Orang-orang Islam mengatakan,
“Tiada agama (yang diterima di sisi Allah) selain Islam, dan kitab kami me-mansukh semua kitab, serta nabi kami adalah nabi penutup.
Kami diperintahkan agar iman kepada kitab kalian serta mengamalkan kitab kami sendiri.” Maka Allah SWT. memutuskan di antara mereka melalui firman-Nya:
لَّيۡسَ بِأَمَانِيِّكُمۡ وَلَآ أَمَانِيِّ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِۗ مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءٗا يُجۡزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدۡ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا ١٢٣ وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ وَلَا يُظۡلَمُونَ نَقِيرٗا ١٢٤
Artinya: “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. an-Nisa’/4: 123-124)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Zaman kita sekarang, bukan saja ramai bersitegang antar agama. Bahkan seagama bersitegang pada masalah ikhtilaf yang telah berlalu berabad.
Terlebih lagi, kita hidup pada era informasi yang makin mudah memberikan akses informasi kepada siapa pun. Hidup dalam era banyak orang memimpikan penghasilan dengan tanpa nilai kerja keras.
Menjadi youtuber atau pengelola media online yang mengharapkan banyak penonton (viewers), penyuka (likers) dan pengikut (subscribers), sehingga konten atau channel-nya dipasangi iklan baik oleh pemilik jaringan (provider) maupun oleh perusahaan yang memerlukan pemasaran produk.
Pengelola media online dalam rangka mengejar hal-hal tersebut tak jarang kemudian membuat video klip berupa kompilasi potongan ceramah para ustad yang menyampaikan materi tertentu, karena ada kesamaan padahal dengan tempat, waktu dan jamaah yang berbeda, yang boleh jadi latar belakang munculnya pertanyaan juga berbeda, sehingga hukum fikih yang disampaikan berbeda, namun dibumbui dengan kontroversi.
Problem ini, disadari atau tidak, menyita energi kita untuk berbuat bagi kemaslahatan umat yang lebih besar, yaitu ukhuwah dan kesatuan umat Islam.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dari peristiwa perdebatan keagamaan di atas, Allah SWT berfirman:
وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينٗا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٰهِيمَ خَلِيلٗا ١٢٥
Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan wajahnya untuk Allah, dia adalah pelaku kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Karena itu, Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. an-Nisa’/4: 125)
Pada ayat 125 surat an-Nisa’ini, Allah SWT memberikan pernyataan bahwa keagamaan seseorang yang paling tinggi adalah yang memiliki tiga karakter, yaitu:
1. Menyerahkan wajahnya untuk Allah ( أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ )
Pada ayat ini, Allah mengungkapkan dengan kata wajah bukan jiwa (nafs), kata wajah yang digunakan, karena dari wajah itulah nampak tanda penyerahan. Ibnu Qoyyim menyatakan, bahwa sikap penyerahan wajah itu maksudnya adalah memurnikan tujuan dan beramal semata untuk Allah (Sa’i>d bin Nashr al-Gha>midy, Haqi>qah al-Bid’ah wa Ahka>muha>, jilid 1, hlm. 37).
Maka, keberagamaan kita dapat dilihat secara simbolik melalui wajah kita; menentramkan atau merisaukan bagi orang lain yang melihat kita. Ketika bertetangga, bersahabat dan bergaul dengan orang lain.
2. Pribadi pelaku kebaikan ( وَهُوَ مُحۡسِنٞ )
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kata muhsinun (pelaku kebaikan), dalam bahasa Arab didefinisikan sebagai isim mufrad marfu’, yaitu kata yang harakat akhirnya dengan dhommah karena bentuk tunggal.
Bila jama’ tanda marfu’nya dengan huruf wawu. Setiap isim fa’il dengan bentuk marfu’ memiliki makna bahwa perilaku atau sifat itu telah terintegral atau terinternalisasi dalam diri pelaku. Dalam al-Qur’an, kata muhsinun terulang 4 (empat) kali, yaitu QS. al-Baqarah/2: 112, QS. an-Nisa’/4: 125, QS. Luqman/31: 22, dan al-Shaffat/37: 113.
Sedang bentuk jamak, muhsinu>na di al-Qur’an hanya 1 kali, yaitu QS. al-Nahl/16: 128. Sedangkan dalam bentuk obyek dan kata majemuk, muhsini>na, al-Qur’an memuatnya sebanyak 33 kali.
Apa yang dapat kita simpulkan? Bahwa pelaku kebaikan itu jumlahnya sedikit, lebih sedikit lagi bila pelaku kebaikan itu terorganisir, mayoritasnya lebih suka menjadi pemuji atau penonton kebaikan.
Oleh karenanya, masing-masing kita dapat melihat dan menyaksikan pelaku hidup bersih, tertib, rukun dan ramah di lingkungan kita masing-masing pasti jumlahnya tidak banyak, sementara yang memuji lingkungan bersih, tertib, rukun dan ramah jumlahnya lebih banyak.
Maka, kita memilih karakter yang mana, pilihan mutlak pada kita, dan pasti Allah akan membalas sesuai pilihan kita.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
3. Mengikuti agama Ibrahim yang lurus ( وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۗ )
Nabi Ibrahim AS dinyatakan sebagai pembawa agama dengan kesempurnaan. Allah memujinya dalam QS. al-Baqarah/2:124, bahwa sikap beliau ketika diuji, beliau menyelesaikan ujian dengan sempurna.
وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ
Artinya: “Dan (ingatlah) kisah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya dengan sempurna.
Jejak cara beragama nabi Ibrahim dalam menjalani ujian Allah abadikan dalam syariat nabi Muhammad SAW hingga kini kita melakukannya. Kita mengenal hari tarwiyah pada pelaksanaan ibadah haji.
Dalam menyelesaikan ujian, nabi Ibrahim membuat perenungan dan perencanaan (tarwiyah), disunahkan puasa Arafah bagi yang tidak haji, berpuasa adalah menahan diri, maka seorang muslim di dunia adalah menjalani ujian, harus banyak menahan diri dari pantangan-pantangan.
Nabi Ibrahim AS sebagai kepala keluarga menjadi suri tauladan dalam kehidupan berumah tangga. Sehingga anak-anak dari istri-istrinya adalah generasi shalih dan menjadi pewaris kenabian.
Maka kita diperintahkan Allah untuk mengikuti cara beragamanya nabi Ibrahim AS. yaitu menjadi pribadi paripurna dan menjadi kepala keluarga yang dapat diteladani.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Semoga Allah memberikan pertolongan kepada kita untuk mewujudkan tiga karakter sebagai indikator orang yang beragamanya terbaik. Amin.
أَقُولُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَافَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا طَيِّبًا فِيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
يَاعِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اَّللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.