Ulama Dunia dan Ulama Akhirat
foto: thethinkingmuslim.
UM Surabaya

*) Oleh: Saidun Derani,
Dosen Pascasarjana UM-Surby dan UIN Syahid Jakarta, aktivis PWM Banten

Kata ulama diambil dari kitab suci umat Islam Alquran al-Karim pada dua tempat. Pertama dalam surat Fathir (35), ayat 28:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

”Di antara hamba-hamba Allah yanag takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”

Lalu dalam Surat asy-Syu’ara, ayat 197, Allah berfirman:

اَوَلَمْ يَكُنْ لَّهُمْ اٰيَةً اَنْ يَّعْلَمَهٗ عُلَمٰۤؤُا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ

“Apakah tidak (cukup) menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?”

Makna ulama bentuk jamak dari kata ‘alim ( عَلِيْم ). Akar kata ‘alim berasal dari kata ‘alima-ya’lamu-‘ilman (عَلِمَ – يَعْلَمُ – عِلْمًا).

Dalam Ensiklpedia Alquran, ‘alim diartikan dengan orang yang memiliki pengetahuan tentang zat (hakikat) sesuatu, baik yang bersifat teoritis ataupun yang bersifat praktis, atau orang yang memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai masalah dengan sebaik-baiknya.

Di masyarakat Indonesia kata ulama beragam panggilannya. Misalnya di Betawi dipanggil Guru dan Mu’allim, di Bangka Belitung umumnya dipanggil Syaikh dan Tuan Guru, di Jawa biasanya disapa dengan sebutan Kyai, di Sumatera ada yang dipanggil Syaikh, Buya, Teungku, di NTB dipanggil Tuan Guru, dan di Sulawesi Anreguru dan Gurutta

Studi Dr. Ibnu Qoyim Ismail, MS, masih turunan Tumenggung dari Kota Empek-Empek Palembang menyebutkan bahwa pra-kemerdekan di Indonesia ulama dibagi dua katagori yaitu ada Ulama Birokrat dan Ulama Independent atau ulama bebas ( Qoyim, 1997).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini