Ibnu Khuzaimah rahimahullah mengatakan:

“Bab penyebutan dalil-dalil yang menetapkan sifat tangan bagi Allah jalla wa ‘ala, dan penjelasan bahwa Allah punya dua tangan sebagaimana telah diriwayatkan kepada kami (dari para salaf) dalam dalil-dalil yang muhkam (jelas).” (Kitabut Tauhid, 1: 118)

Ibnu Bathah rahimahullah mengatakan,

“Bab mengimani bahwa Allah ‘azza wa jalla memiliki dua tangan, dan kedua tangan Allah itu kanan.” (Al-Ibanah Al-Kubra, 7: 295)

Ibnu Rusyd rahimahullah mengatakan:

“Tidak ada ikhtilaf di antara ulama tentang bolehnya mengatakan secara mutlak bahwa Allah Ta’ala punya dua tangan, punya wajah, dan punya dua mata. Karena memang Allah Ta’ala sebutkan demikian tentang diri-Nya di dalam Alquran.” (Al-Bayan wat Tahshil, 16: 401)

Akidah Ahlussunnah itu sederhana. Apa yang ada dalam Alquran dan hadis yang sahih, kita yakini apa adanya tanpa menambah dan mengurangi.

Menyamakan Allah dengan makhluk tentu terlarang. Namun, meyakini sebagaimana yang disebutkan Alquran dan sunah dan pemahaman salafus shalih bukanlah menyamakan Allah dengan makhluk. Nu’aim bin Hammad rahimahullah mengatakan:

“Siapa saja yang menyamakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia kufur. Siapa saja yang menolak menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya, maka dia kufur. Namun, menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya atau ditetapkan oleh Rasul-Nya, bukanlah menyamakan Allah dengan makhluk.” (Syarah Ushul I’tiqad Ahlissunnah, karya Al-Lalikai, 3: 532)

Adapun makna ayat di atas, adalah tentang Bai’atur Ridhwan. Allah memuji para sahabat yang berbaiat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Namun, bukan berarti tangan Allah menempel di atas tangan para sahabat. Allah Ta’ala istiwa di atas Arsy, di atas seluruh makhluk-Nya. Maka tentu tangan Allah di atas tangan mereka. Namun Allah sebutkan demikian sebagai bentuk pujian dan dukungan kepada mereka.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan:

“Firman Allah Ta’ala (yang artinya), “tangan Allah di atas tangan mereka”, ayat ini juga tetap dipahami secara zahir dan secara hakiki. Karena tangan Allah Ta’ala tentu di atas tangan para sahabat yang berbaiat. Karena tangan Allah adalah sifat Allah, dan Allah ada di atas ‘Arsy, di atas orang-orang yang berbaiat. Sehingga tentu tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Qawa’idul Mutsla, hal. 74)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini