Bentuk kecemburuan Allah tersebut tidaklah seperti perasaan yang biasa hadir dalam hati manusia yang berpusat pada dirinya sendiri. Cemburunya Allah justru untuk melindungi manusia dan membawanya pada jalan keselamatan.
Oleh karena itu, Allah cemburu bila melihat hamba-Nya justru lebih sering mengingat yang lain, selain mengingat-Nya. Allah cemburu bila mendapati hamba-Nya melakukan kemaksiatan di tengah limpahan nikmat dan karunia-Nya.
Lebih cemburu lagi bila Allah mendapati hamba-Nya melanggar perintah-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kecemburuan Allah membuktikan betapa besarnya rasa cinta dan sayang-Nya kepada seorang hamba melebihi siapa pun.
Jangan sampai cemburu itu berubah menjadi murka Allah yang mengantarkan ke neraka karena perbuatannya yang diharamkan oleh agama. Rasulullah mengilustrasikan sebuah kejadian di saat para sahabat sedang berkumpul agar lebih mudah dipahami ternyata kasih sayang Allah sangat besar kepada Hamba-Nya sebagaimana dalam hadis:
Umar bin al-Khaththab menceritakan bahwa suatu ketika didatangkan di hadapan Rasulullah serombongan tawanan perang. Ternyata ada seorang perempuan yang ikut dalam rombongan itu. Dia sedang mencari-cari anaknya. Setiap kali dia menjumpai bayi di antara rombongan tawanan itu maka dia pun langsung mengambil dan memeluknya ke perutnya dan menyusuinya. Maka Rasulullah pun berkata kepada kami, “Apakah menurut kalian perempuan ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”. Maka kamipun menjawab, “Tentu saja dia tidak akan mau melakukannya, demi Allah. Walaupun dia sanggup, pasti dia tidak mau melemparkan anaknya ke dalam api”. Maka Rasulullah mengatakan, “Sungguh, Allah jauh lebih menyayangi hamba-hamba-Nya dibandingkan kasih sayang perempuan ini kepada anaknya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Belajar dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub yang membuat Allah cemburu padahal hanya mencintai putranya sendiri: Kisah Pertama; Nabi Ibrahim yang begitu mencintai putra pertamanya Ismail, sehingga Allah mengambil Ismail dari tangannya.
Dengan cara Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya sebagai bukti cintanya Ibrahim sebenarnya hanya diperuntukkan untuk siapa. Dan ketika itu, saat Ibrahim meletakkan pisau di atas leher Ismail, maka di sana terbukti bahwa kecintaan yang ada dihati Ibrahim adalah kecintaan hanya kepada Allah semata, maka Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk mengganti Ismail dengan kambing.
Kisah kedua, Nabi Ya’qub yang sangat mencintai anaknya yang bernama Yusuf, kecintaan Ya’qub terhadap Yusuf mampu memenuhi semua kebutuhan hidup dan hatinya. Maka, Allah mengambil Yusuf selama 20 tahun mengakibatkan kesedihan yang mendalam pada Ya’qub sampai akhirnya ditimpa kebutaan akibat tangisannya yang berlarut-larut hingga membuat kedua matanya tidak bisa melihat.
Ketika hatinya kembali dipenuhi cinta kepada Allah. Setelah itu, Allah mengembalikan Yusuf pada pelukan Ya’qub. Dengan wahyu yang diterimanya, Yusuf segera memberikan perintah kepada saudaranya yang bernama Yahudza untuk membawa baju yang dia kenakan agar dibawa ke hadapan ayahnya dan meletakkannya di wajah sang-ayah maka nantinya Ya’qub akan segera bisa melihat sediakala.
Dengan demikian, patutlah diketahui bahwa Allah itu pencemburu di kala seorang hamba berbuat apa yang dilarang oleh-Nya. Dan masihkah hendak membalas cinta Allah yang begitu besar dengan melanggar larangan-Nya?