Awalnya, sebut Suko, masjid tersebut tidak punya imam dan muazin tetap. Infaknya juga begitu-begitu saja. Setelah dibenahi dengan pengelolaan lebih baik, kebutuhan akan muazin dan imam tersebut bisa terpenuhi.
“Setelah masjid itu dikelola baik, jamaah pun nambah dan infak juga jauh lebih banyak,” tendas Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu.
Suko melanjutkan, langkah PWM Jatim yang tercatat sebagai PWM pertama di Indonesia yang mengadakan UKW ini sangat penting strategis.
Sebab, hal itu selaras dengan visi Islam Berkemajuan yang diusung Muhammadiyah yang bisa selalu beradaptasi beradaptasi dengan regulasi.
“Semua profesi itu, terang Suko, butuh sertifikasi. Dokter, perawat, apoteker, pengacara, insinyur ada sertifikasinya. Wartawan juga sama. Seperti uji kompetensi dokter Indonesia, ada juga yang gak lulus dan harus mengulang di lain waktu,” tandas Suko.
Suko menyatakan, untuk mengarah menjadi media profesional memang butuh proses, tidak bisa ujug-ujug. Dengan ikut kegiatan, kualitas wartawan media afiliasi akan lebih baik. Artinya, ada proses yang harus dilalui.
“Saya yakin, para wartawan yang ikut uji kompetensi ini sudah dilatih. Sehingga mereka bisa lulus dan mendapat sertifikat kompeten,” tutur Soko, lalu disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
Suko juga berpesan dua hal kepada para wartawan media afiliasi. Pertama, harus selalu disiplin dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik. Selalu tabayyun, cek dan ricek dalam menulis.
Dia lantas menyebut surat Al-Hujurat ayat 6 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Kedua, sambung Suko, wartawan media afiliasimu harus independen. Bersikap independen dalam hal ini berarti menjaga integritas diri dan tidak terikat oleh kepentingan pihak mana pun, sehingga wartawan dapat memberikan informasi yang objektif dan akurat kepada masyarakat.
“Wartawan Muhammadiyah tidak boleh partisan,” cetus Suko. (wh)