“Ketika budaya Barat menerima warisan intelektual dari dunia Islam, mereka cenderung hanya memilih aspek rasionalisme dan mengabaikan aspek teologisnya. Akibatnya, agama Kristen mulai terpinggirkan, dan masyarakat Barat mulai beralih ke arah sekularisme,” papar Kiai Saad.
Dalam structure of existence mereka, imbuhnya, manusia ditempatkan di puncak, sementara alam semesta dianggap berada di bawahnya. Konsep tentang Tuhan kemudian hanya diposisikan dalam ranah-ranah privat.
Namun, dalam konteks Revolusi Industri 4.0 yang sedang berlangsung saat ini, structure of existence mengalami perubahan lagi.
Tidak lagi manusia yang berada di puncak hierarki, melainkan karya manusia yang paling tinggi, yaitu teknologi.
“Dalam era ini, teknologi menjadi pilar utama dari structure of existence yang mendominasi, menggeser peran manusia dalam urutan hierarki keberadaan,” jelasnya.
Saad Ibrahim juga mengimbau agar Muhammadiyah tetap mempertahankan posisi Allah SWT sebagai puncak dari structure of existence.
Dalam pandangan Muhammadiyah, Allah SWT harus tetap menjadi fokus utama dan penuntun bagi semua aspek kehidupan.
“Dengan mempertahankan prinsip ini, Muhammadiyah memastikan bahwa nilai-nilai spiritual dan keagamaan tetap menjadi pusat dari eksistensi manusia, bahkan di tengah-tengah kemajuan teknologi dan perubahan zaman,” tegas Kiai Saad.
Dengan demikian, pesan dia, penting mempertahankan keyakinan dan nilai-nilai agama dalam menghadapi dinamika structure of existence yang terus berubah. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News