Rombongan pengurus Muhammadiyah, terdiri dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM), PDPM, PCPM mengunjungi Desa Tobotani Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT). Rombongan menyusuri jalan berbatu untuk menuju desa tersebut.
Kunjungan tersebut menindaklanjuti keinginan warga setempat, Abdullah Bahrun untuk menghibabkan lahannya untuk bisa dimanfaatkan untuk fasilitas publik. Bersama warga lainnya seperti Syamsul Thaif, warga telah sepakat untuk menghibahkan lahan seluas 2 hektar kepada Muhammadiyah.
Pemilik lahan Abdullah Bahrun, menunjukkan lahan yang hendak dihibahkan tersebut seluas dua hektare, di tengah tengah antara Tobotani dan Au’ Redung. Hamparan tersebut ia ikhlas berikan untuk Muhammadiyah.
“Jika Muhammadiyah berkenan untuk lahan yang saya berikan ini untuk kepentingan banyak orang dan kemaslahatan umat serta bangsa sesuai gerakan Al-Ma’un, kalau berkenan akses kesehatan diprioritaskan,” ungkap Abdullah.
Abdullah lantas memaparkan kenyataan pait yang pernah dialami seorang ibu hamil. Ketika mau melahirkan, ia harus dilarikan ke Puskesmas yang jarak sekitar belasan kilometer dengan keadaan jalan yang cukup parah.
“Kadang mobil ambulance dari Puskesmas harus menjemput pasien disini, kemudian balik lagi ke Kecamatan,” tegasnya.
Abdullah mengisahkan seorang ibu hamil pernah dilarikan dengan ambulance menuju kecamatan untuk mendapatkan pertolongan, namun melahirkan di tengah jalan tepatnya di Dulin Desa Rumang Kecamatan Buyasuri.
“Alhasil bayi yang dilahirkan tersebut oleh orangtuanya diberi nama Ambulance,” ungkapnya.
Ia harapkan kepada unsur PDM, PWM serta Pimpinan Pusat Muhammadiyah dapat merespon rintihan anak bangsa di pelosok negeri ini.
Usai makan siang dan salat zuhur, penghibah bersama keluarga serta unsur Muhamnadiyah menuju tempat yang mau dihibahkan. Setelah turun usai menyaksikan tempat tersebut rombongan bergegas kembali meninggalkan Tobotani.
Untuk diketahui, Desa Tobotani Kecamatan Buyasuri adalah salah satu desa di ujung timur Kabupaten Lembata yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Alor. Desa ini memiliki tiga dusun yang terletak berjauhan, yang masih sangat terbatas oleh infrastruktur baik jalan maupun fasilitas lainnya, sehingga perkembangan serta kemajuan belum maksimal didapatkan, terutama asupan air minum dan akses jalan yang masih belum baik bila dilalui.
Belasan kilo meter jarak tempuh dari ibu kota kecamatan menuju desa tersebut. Perjalanan cukup menguras fikiran maupun tenaga lantaran akses jalan yang sangat tidak baik, karena berdebu dan nyaris terjatuh oleh kerikil dan batu mangga yang berserak sepanjang jalanan.
Begitu pun musim barat desa ini tertutup akses, karena berlumpur, licin serta ratusan kolam alamiah berjubel sepanjang arus menuju Desa tersebut. Alternatif lain yang sering dilalui bila musim barat tiba adalah jalur laut. Itupun jika laut teduh bersahabat, namun bila tidak bersahabat maka kelumpuhan ekonomi jelas terjadi selama musim belum berganti.
Kondisi desa tersebut sebenarnya cukup menjanjikan. Selain beberapa pantai yang eksotik, serta hamparan tanah kosong yang menjanjikan. Desa tersebut pula memiliki hubungan sosial dengan kabupaten tetangga terlihat saat bongkar muat hasil laut dari seberang, menyajikan berbagai hasil tangkapan yang segar dan bernutrisi.
Lembaga pendidikan tersedia, rumah ibadah, serta beberapa bangunan umum lainnya tersedia. Seperti jetski untuk tambatan perahu, kantor Desa, Polindes serta balai dusun. Namun yang kurang fasilitas kesehatan, sehingga warga berharap besar Muhammadiyah merespon hibah tanah tersebut untuk bisa dimanfaatkan sebagai intansi pelayanan kesehatan. (basam /iwan)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News