UM Surabaya

3. Bersikap jujur dalam kehidupan

Ketika kita berpuasa Ramadan, kejujuran mewarnai kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan minum meskipun tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

Hal ini karena kita yakin Allah SWT yang memerintahkan kita berpuasa selalu mengawasi diri kita dan kita tidak mau membohongi diri sendiri apalagi membohongi Allah, karena hal itu memang tidak mungkin. Inilah kejujuran yang sesungguhnya.

Maka dari itu, setelah berpuasa sebulan Ramadan semestinya kita mampu menjadi orang-orang yang selalu berlaku jujur, baik jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan, maupun jujur dalam berinteraksi dengan orang lain, dan segala bentuk kejujuran lainnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu yang sangat diperlukan.

Banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai bahkan tidak selesai-selesai karena tidak ada kejujuran, orang yang bersalah sulit untuk dinyatakan bersalah karena belum bisa dibuktikan kesalahannya dan mencari pembuktian memerlukan waktu yang panjang, padahal kalau yang bersalah itu mengaku saja secara jujur bahwa dia bersalah, tentu dengan cepat persoalan bisa selesai.

Sementara orang yang secara jujur mengaku tidak bersalah tidak perlu lagi untuk diselidiki apakah dia melakukan kesalahan atau tidak.

Tapi karena kejujuran itu tidak ada, yang terjadi kemudian adalah saling curiga mencurigai bahkan tuduh menuduh yang membuat persoalan semakin rumit.

Ibadah puasa telah mendidik kita untuk berlaku jujur kepada hati nurani kita yang sehat dan tajam, bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita, maka nilai pendidikan dari ibadah Ramadhan kita menemukan kegagalan, meskipun secara hukum ibadah puasanya tetap sah.

4. Memiliki semangat hidup berjamaah

Kebersamaan kita dalam proses pengendalian diri membuat setan merasa kesulitan dalam menggoda manusia sehingga setan menjadi terbelenggu pada bulan Ramadan.

Hal ini diperkuat lagi dengan semangat yang tinggi bagi kita dalam menunaikan salat yang lima waktu secara berjamaah sehingga di bulan Ramadan inilah mungkin salat berjamaah yang paling banyak kita lakukan, bahkan melakukannya juga di masjid atau musala.

Di samping itu, ibadah Ramadan yang membuat kita dapat merasakan lapar dan haus, telah memberikan pelajaran kepada kita untuk memiliki solidaritas sosial kepada mereka yang menderita dan mengalami berbagai macam kesulitan, itu pun sudah kita tunjukkan dengan zakat yang kita tunaikan.

Karena itu, semangat berjamaah kita sesudah Ramadan ini semestinya menjadi sangat baik, apalagi kita menyadari bahwa kita tidak mungkin bisa hidup sendirian, sehebat apa pun kekuatan dan potensi diri yang kita miliki, kita tetap sangat memerlukan pihak lain.

Itu pula sebabnya, dalam konteks perjuangan Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjamaah, yang saling kuat menguatkan sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh (QS 61:4)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini