UM Surabaya

***

Khalifah Umar diam tepekur merenungi ucapan sang Ibu yang lapar. Bibirnya kelu. Mulutnya terkatup rapat. Pikirannya meracau. Hatinya teriris pilu.

Terbayang wajah Nabi Muhammad saw dan wajah para sahabat yang telah mendahuluinya. Dengan apa wajahnya bisa tegak saat nanti bertatap di hari pembalasan.

Dengan tubuh gontai Khalifah Umar sigap berdiri. Sekelebat ke kantor Baitul Maal, ia ambil sekarung gandum dipanggulnya dan dibagikannya sendiri tanpa perantara. Tanpa bantuan dan perantara siapa pun. Itulah sebaik-baik pemimpin.

Wahai Amirul Mu’minin, biar aku sajalah yang mengangkut karung ini,” ujar pengawal.

“Apakah kalian mau menggantikanku menerima murka Allah akibat membiarkan rakyatku kelaparan?

Biar aku sendiri yang memikulnya, karena ini lebih ringan bagiku dibanding siksaan Allah di akhirat nanti.”

***

Memberikan bantuan sosial sendiri kepada rakyatnya yang berkebutuhan adalah sunah. Bahwa kemudian bantuan sosial dipersepsi macam-macam adalah soal lain.

Tak ada indikasi khalifah ingin melanggengkaan kekuasaannya, tapi lebih karena takutnya pertanggungjawabannya di hadapan Rabbnya kelak. Sebab itu, beliau panggul sendiri dan survei sendiri pada rakyatnya yang lapar.

Khalifah Umar ibnul Khattab ingin memberi contoh baik meski saat itu penduduknya masih sangat sedikit berbeda dengan sekarang yang sudah jutaan kali lipat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini