Saudaraku, Mengapa Dirimu?
foto: womensmediacenter

*) Oleh: Sigit Subiantoro,
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Mengapa kebanyakan manusia lebih memilih dunia dan rela untuk mengorbankan akhirat?

Mengapa mereka mencari dunia dengan sekuat tenaga, padahal itu tidak akan dinikmati selamanya?

Mengapa masih banyak orang yang begitu gigih mencari jalan-jalan kebahagiaan dunia, seakan tidak ada capek dan lelahnya, sementara badan terasa lemas, pikiran menjadi tumpul, serta keinginan menjadi lemah jika sudah berhubungan dengan akhirat?

Mengapa orang yang senang memburu dunia tidak akan menyesal jika pahala berlalu darinya, sementara jika sebuah kesempatan untuk mendapat keduniaan lepas darinya, maka ia akan menyesal dengan penyesalan yang mendalam?

Ibnus Sammak rahimahullah berkata:

“Anggaplah dunia ada dalam genggamanmu dan ditambah yang semisalnya lagi, dan anggaplah Timur dan Barat datang kepadamu, maka jika kematian datang kepadamu, lalu apa yang ada di tanganmu?” (Siyar A’laamin Nubalaa’ VIII/330)

Wahai Saudaraku,
Manakah yang lebih engkau cintai, kehidupan dunia ataukah akhirat dengan berbagai kenikmatannya?

Jika memang engkau mencintai akhirat, lalu mengapa tidak menyesal jika bodoh dalam masalah-masalah akidah, ibadah dan amalan-amalan lainnya?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci setiap orang yang berilmu tentang dunia, tetapi bodoh tentang masalah akhirat”. (HR Al-Hakim, hadits dari Abu Hurairah, Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 1879)

Jika memang memilih akhirat, lalu mengapa tidak berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari jalan menuju ke sana, beramal dan berdoa dengan penuh harap dan cemas untuk mendapatkan pahalanya?

Atau jika “merasa” sudah ikut taklim, sudah berilmu, sudah beribadah, telah banyak hafal ayat dan riwayat, banyak memperjuangkan Islam dan As-Sunnah, lalu mengapa merasa paling baik, sombong dan mudah sekali meremehkan orang lain?

Mana tawadu kepada sesama mukmin?
Mana rasa takut akan azab mengerikan bagi orang yang menyombongkan dirinya?
Apakah engkau sudah mengetahui bagaimana penilaian Allah akan niat dan amalmu?
Ketahuilah, bahwa orang yang memiliki sifat ini akan menjadi bahan bakar api neraka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dan sungguh, akan datang kepada manusia suatu zaman, mereka belajar al-Qur’an, mempelajarinya dan membacanya, kemudian mereka berkata : “Kami telah membaca dan memahaminya, maka adakah orang yang lebih baik dari kami ?”. Nabi bersabda : “Apakah (menurut kalian) pada mereka ada kebaikan ?”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah mereka ?”. Beliau bersabda : “Mereka dari kalangan kalian (umat Islam) dan mereka itu adalah bahan bakar api Neraka” (HR Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabiir, hadits dari Ummul Fadhl, lihat Shahiihut Targhiib no. 137)

Jika surga dan nikmatnya pasti, lalu mengapa membiarkan diri dilalaikan oleh dunia?
Jika neraka dan siksanya pasti, bukan mimpi, lalu mengapa masih berani untuk bermaksiat?

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata:

“Seorang hamba jika dia menjumpai bahwa puncak tujuan dari pahala adalah melihat wajah Allah, maka dunia semuanya Tidak Ada Harganya di sisinya.” (Syarah al-Aqidah al-Wasithiyyah hal 458)

“Ya Allah, jadikanlah dunia berada di tanganku, dan jadikanlah akhirat selalu berada di hatiku.”

Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini