Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih sabar menunggu memiliki SAT score (nilai untuk masuk perguruan tinggi) lebih tinggi.
Membiasakan anak-anak untuk berlatih dengan hal hal kecil untuk mendapatkan sesuatu yang lebih tinggi daripada sekadar kepuasan sesaat adalah proses mencapai kesuksesan.
Ini bisa dilakukan melalui pendidikan yang menekankan pentingnya membuat rencana dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kepercayaan diri lebih tinggi, keterampilan mengatur emosi lebih baik dan kepedulian terhadap sesama.
Anak-anak juga perlu diberikan contoh nyata tentang bagaimana takut kepada Tuhan bukan takut tidak mendapatkan marshmallow dan mengendalikan hawa nafsu mereka.
Ketakutan kepada Tuhan bukanlah ketakutan yang bersifat menakut-nakuti, melainkan ketakutan yang memotivasi untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk.
Dengan memiliki kesadaran akan adanya Tuhan yang Maha Mengetahui segala hal, anak-anak akan lebih cenderung untuk melakukan yang baik dan menjauhi perilaku yang tidak terpuji.
Selain itu, kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu juga merupakan hal yang krusial dalam membangun karakter yang kuat. Anak-anak perlu diajari bahwa tidak semua keinginan yang muncul dalam diri mereka harus dipenuhi.
Dengan belajar untuk menahan diri dari godaan dan mengendalikan diri dalam menghadapi situasi-situasi yang menantang, mereka akan menjadi pribadi yang lebih disiplin dan bertanggung jawab.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. An Naziat 38-41:
وَاٰثَرَ الۡحَيٰوةَ الدُّنۡيَا ۙ ٣٨ فَاِنَّ الۡجَحِيۡمَ هِىَ الۡمَاۡوٰىؕ ٣٩ وَاَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَ نَهَى النَّفۡسَ عَنِ الۡهَوٰىۙ ٤٠ فَاِنَّ الۡجَـنَّةَ هِىَ الۡمَاۡوٰىؕ ٤١
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”