Pendidikan nasional tidak boleh lepas dari dimensi iman, takwa, dan akhlak mulia. Berkali-kali Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan akan hal ini. Tidak hanya menjadi panggilan moral, tetapi juga merupakan landasan konstitusional yang tercantum dalam Pasal 31 UUD 1945 ayat 3 dan 5.
Pendidikan nasional tidak boleh terbatas pada dimensi rasional-instrumental semata. Sebaliknya, pendidikan haruslah bersifat multidimensi, mencakup seluruh potensi manusia Indonesia sebagai bagian dari ekosistem bangsa. Ini meliputi nilai-nilai agama dan kebudayaan luhur yang melekat pada identitas bangsa.
Tujuan dari pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual semata, tetapi juga untuk memperkuat dimensi spiritual dan moral. Hal ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.
Pada Hari Pendidikan tanggal 02 April 2024 ini menjadi momentum bagi semua pihak terkait dalam dunia pendidikan untuk mengintegrasikan nilai-nilai iman, takwa, dan akhlak mulia ke dalam kurikulum dan praktik pendidikan. Pendidikan nasional dapat menjadi wahana pembentukan karakter dan kepribadian yang kuat bagi generasi masa depan Indonesia.
Karenanya, setiap upaya yang mengabaikan atau mengesampingkan nilai-nilai spiritual dalam pendidikan dapat dianggap melanggar semangat konstitusi Indonesia. Dalam konteks ini, segala bentuk pemikiran atau kebijakan yang tidak memperhatikan dimensi iman, takwa, dan akhlak mulia dapat dinilai sebagai tidak sesuai dengan semangat Undang-Undang Dasar 1945.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti juga menguatkan tentang dimensi penting dalam pemahaman tentang pendidikan. Baginya, pendidikan adalah sebuah proses berkesinambungan yang bertujuan untuk memuliakan manusia. Ini adalah langkah-langkah menuju pengembangan potensi diri yang meliputi aspek material dan spiritual, sehingga individu mampu meraih kemuliaan dan kesejahteraan dalam hidupnya.
Lebih lanjut, Mu’ti menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya tentang kesuksesan individu semata, tetapi juga tentang kontribusi yang diberikan individu untuk kejayaan bangsa, negara, dan semesta. Dalam konteks ini, pendidikan diarahkan untuk membentuk individu yang tidak hanya pintar dan berprestasi, tetapi juga memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moral.
“Pendidikan adalah proses berkesinambungan untuk memuliakan manusia sehingga mampu mengembangkan seluruh potensi diri yang memungkinkan mereka meraih kemuliaan dan kesejahteraan hidup material dan spiritual serta berbuat yang terbaik untuk kejayaan bangsa, negara, dan semesta,” ucap Mu’ti melalui akun @Abe_Mukti di X pada Kamis (02/05/2024).
Pemikiran Mu’ti ini menggarisbawahi bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter dan kepribadian yang kokoh bagi individu serta kontribusi yang signifikan bagi masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, pendidikan menjadi landasan yang kuat untuk mencapai kejayaan dan kesejahteraan bersama dalam konteks global yang semakin kompleks. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News