Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menggarisbawahi tantangan mendalam yang dihadapi pendidikan nasional Indonesia ke depan. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa pendidikan nasional tidak boleh mengabaikan nilai-nilai Pancasila, agama, dan budaya luhur bangsa.
Haedar mengingatkan pentingnya membangun generasi Indonesia yang memiliki jiwa dan karakter yang kuat. Ia menekankan bahwa pendidikan nasional tidak boleh hanya menjadi pabrik yang menghasilkan “robot-robot” pekerja yang tidak memiliki jiwa dan akal budi.
“Membangun Indonesia melalui pendidikan haruslah meliputi jiwa dan raga,” tegas Haedar dalam momen Hari Pendidikan Nasional, Kamis (2/5/2024).
Ia menyatakan bahwa menjadi sebuah distorsi jika pendidikan hanya menghasilkan individu yang mekanis dan kurang memiliki kedalaman jiwa.
Lebih lanjut, Haedar menegaskan bahwa pendidikan Indonesia harus menghasilkan insan-insan yang kuat dalam relijiusitasnya, berakar pada iman dan takwa, dengan akhlak yang mulia, berilmu, mahir dalam penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian dalam berbagai bidang.
Mereka juga diharapkan menjadi individu yang berjiwa sosial, mampu hidup secara bergotong royong dan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat.
Haedar menggarisbawahi pentingnya membangun pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mengutamakan aspek akademis dan teknis, tetapi juga menekankan pengembangan jiwa dan karakter yang kokoh bagi generasi penerus bangsa. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif seperti ini, Indonesia dapat menghasilkan insan-insan yang berdaya saing tinggi dan memiliki kontribusi yang berarti dalam membangun bangsa yang lebih baik
Harus diakui, adanya fakta yang mengkhawatirkan terkait posisi Indonesia dalam Human Development Index (HDI) yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tingkat daya saing bangsa juga masih berada di bawah rata-rata. Bahkan dalam hal kecerdasan, Indonesia masih terkendala dalam mencapai posisi yang diharapkan.
“Artinya, pendidikan nasional Indonesia masih belum setara dengan negara-negara lain,” ujar Haedar.