Sementara keimananlah yang akan menggerakkan amal kebaikan seorang hamba, dan hal itu akan berkontribusi pada Islam. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
قَا لَتِ الْاَ عْرَا بُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰـكِنْ قُوْلُوْۤا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِ يْمَا نُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۚ وَاِ نْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَا لِكُمْ شَيْئًــا ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah “Kami telah tunduk (Islam),” karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 14)
Allah memastikan bahwa keislaman saja tidak cukup tetapi keimanan lah yang menjadi faktor utama tegaknya Islam.
Pengakuan sebagai muslim tidak boleh berhenti, tetapi dilanjutkan dengan mukmin. Dengan keimanan itu, maka akan menggerakkan hatinya memperoduksi kebaikan.
Al-Qur’an memberi contoh bahwa dalam memilih pemimpin, orang yang beriman tidak akan memilih orang musyrik sebagai pemimpin. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ كَا نُوْا يُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لنَّبِيِّ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوْهُمْ اَوْلِيَآءَ وَلٰـكِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
“Dan sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Muhammad) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang musyrik itu sebagai pemimpin. Tetapi banyak di antara mereka, orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 81)
Orang yang beriman tidak akan memilih pemimpin yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi akan memilih sosok pemimpin yang benar-benar memberi manfaat bagi kaum muslimin secara umum.
Sebaliknya, orang muslim seringkali memilih pemimpin tanpa memastikan keimanannya. Bahkan memilih orang kafir sebagai pemimpin.
Hal inilah yang membuat umat Islam mendapatkan efek buruk. Bahkan Allah tidak akan menolong dan membiarkan umat Islam dalam kehinaan. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّاۤ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰٮةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِ لَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali.” (QS. Ali ‘Imran : 28)