*) Oleh: Ustaz Muhammad Nashihudin, MSI,
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Sesungguhnya seorang dai harus selalu mengikuti para nabi dan rasul dalam tahapan dan tata cara berdakwah agar mereka mau menerima risalah Islam dan mencerahkan alam raya ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا بِلِسَا نِ قَوْمِهٖ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۗ فَيُضِلُّ اللّٰهُ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Ibrahim 14: Ayat 4)
Seorang dai harus bisa berdiplomasi dengan baik, memilih kata-kata yang tepat serta halus dan lembut terhadap umat. Ini agar dakwahnya sampai kepada mereka lalu diterima dengan baik.
Dalam menyampaikan literasi dan hujjah-nya tidak usah saling menghujat, menghakimi apalagi mengkafirkan sesama muslim.
Ada dalam ilmu fiqh addakwah beberapa istilah qoulan kariman, qoulan balighon,
qoulan layyinan qoulan marufan, qoulan sadidan dan qoulan staqilan yang semua itu adalah ucapan yang sangat mulia serta telah digunakan para nabi dan rasul dalam berdakwah sehingga dakwahnya sampai dan diterima umat.
1. Diplomasi dengan Tuan Raja
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَآ جَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖۤ اَنْ اٰتٰٮهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَا لَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۙ قَا لَ اَنَاۡ اُحْيٖ وَاُ مِيْتُ ۗ قَا لَ اِبْرٰهٖمُ فَاِ نَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِا لشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 258)
2. Diplomasi terhadap Kaumnya
وَحَآ جَّهٗ قَوْمُهٗ ۗ قَا لَ اَتُحَآ جُّۤونِّيْ فِى اللّٰهِ وَقَدْ هَدٰٮنِ ۗ وَلَاۤ اَخَا فُ مَا تُشْرِكُوْنَ بِهٖۤ اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ رَبِّيْ شَيْئًـا ۗ وَسِعَ رَبِّيْ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ
“Dan kaumnya membantahnya. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada (malapetaka dari) apa yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?”
وَكَيْفَ اَخَا فُ مَاۤ اَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَا فُوْنَ اَنَّكُمْ اَشْرَكْتُمْ بِا للّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا ۗ فَاَ يُّ الْفَرِيْقَيْنِ اَحَقُّ بِا لْاَ مْنِ ۚ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk menyekutukan-Nya. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (QS. Al-An’am 6: Ayat 80-81)
Syukran atas materinya Tadz.
Bisa utk referensi materi kajian.