*) Oleh: Dr. Aji Damuanuri, M.E.I,
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung dan wakil dekan I Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo.
الله أكبر الله 9x ، ولله الحمد
الْحَمْدُ للهِ الذي صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقالَ الله تعالى: وَوَصَّى بِهَا إِبْرَهِيْمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُ يَا بُنَيَّ إِنَّ الله اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Pada hari ini, di pagi yang berbahagia ini, jutaan manusia mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, sebagai proklamasi atas kebesaran dan keagungan Allah, Rabbul ‘alamin, Pencipta dan Penguasa tunggal alam semesta. Dia-lah satu-satunya yang berhak disembah, dipuji dan dipuja.
Proklamasi akbar ini dilakukan sekaligus dalam rangka memperingati dua momentum (peristiwa) penting, yang menunjukkan kesatuan dan persatuan yang diikat oleh akidah islamiah.
Pertama, di kawasan Makkatul Mukarramah berkumpul kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia guna melaksanakan ibadah haji. Mereka berkumpul tanpa dibedakan bahasa, bangsa, status sosial, dan warna kulit.
Kedua, umat islam yang tidak menjalankan haji melaksanakan shalat ‘Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban.
Setiap kali kita mengenang dua peristiwa penting ini, kita tidak pernah lupa kisah manusia agung yang diutus oleh Allah SWT untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarganya, Hajar dan Ismail as. Keagungan pribadinya membuat kita, bahkan Nabi Muhammad saw, harus mampu mengambil keteladanan darinya.
Allah SWT berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”. (QS Al-Mumtahanah: 4).
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim beserta keluarga dan dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di Tanah Suci, Makkah al-Mukarramah, paling tidak ada ada empat pelajaran yang sangat penting.
Pertama, Ibrahim nabi yang futuristik. Belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim as membuat kita harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi saleh yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran.
Hal ini karena ketika usia Nabi Ibrahim as sudah semakin tua, kerinduannya pada generasi pelanjut perjuangan menjadi semakin besar dan dia pun terus berdoa agar Allah SWT menganugerahkan kepadanya keturunan yang saleh.
Doa-doa nabi Ibrahim meminta keturunan yang saleh, melanjutkan salat bagi anak turunnya, memohonkan ampun bagi diri, orang tua dan semua muslim, memohon agar negaranya aman makmur sejahtera.
Estafet dakwah harus berlanjut. Apa yang diperbuat tidak selalu dilihat hasilnya di saat sekarang, tetapi futuristik untuk generasi-generasi sesudahnya.