UM Surabaya

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.

Ketiga, selalu istikamah. Profil Nabi Ibrahim as dan keluarganya memberikan pelajaran kepada kita semua akan keharusan mempertahankan dan memperkokoh jati diri sebagai seorang mukmin yang selalu berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apa pun tantangan, keadaan dan bagaimanapun situasi serta kondisinya.

Begitulah memang yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya dengan hujjah, argumentasi atau alasan yang kuat. Dalam sejarah Nabi Ibrahim kita dapati beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang anak remaja, hal ini tercermin dalam firman Allah SWT yang menceritakan soal ini:

فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ, قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ, قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim”. (QS Al-Anbiya’: 58-60).

Ibrahim dikenal sebagai bapak Tauhid. Tauhid akan membuat hidup menjadi fokus dalam segala hal. Kasus penghancuran berhala jaman nabi Ibrahim adalah bentuk menjaga ketauhidan, sekarang berhala dalam diri yg harus dihancurkan.

Membangun ka’bah sebagai satu titik fokus. Surat al Ikhlas mengajarkan kita supaya fokus, dimulai dg satu titik fokus keesaan Allah. Keesaan mengajari kita untuk bisa fokus dalam segala hal.

Untuk mempertahankan ketauhidan dan menjaga jati diri yang luhur itu, Ibrahim bahkan siap untuk terus berjuang sampai mati meskipun harus berjuang di wilayah yang lain, ia menyebut dirinya sebagai orang yang pergi kepada Allah SWT, Tuhannya yang Esa. Apapun keadaanya hanya Tuhan lah tempat kembali sebagai titik fokus utama.

Dalam hal ini Nabi Ibrahim menyatakan di hadapan orang-orang kafir:

وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ

“Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS Ash-Shaaffat: 99).

Oleh karena itu, Jati diri luhur yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as tidak hanya saat ia masih muda belia. Tapi bandingkanlah dengan suatu peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail, saat itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail adalah anak yang sangat didambakan sejak lama.

Maka Ibrahim pun melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa lebih berat dari sekdar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Ibrahim memiliki idealisme dari muda sampai tua dan inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini