UM Surabaya

Tidak Membanggakan Diri: Nabi Ibrahim adalah pemimpin yang bekerja maksimal dan jujur, dengan ketulusan ikhlas dalam setiap amalnya.

Ketika diperintahkan untuk membangun Ka’bah, ia bekerja bersama putranya, Ismail, tanpa mengharapkan pujian manusia.

Berdoa untuk Generasi Terbaik: Nabi Ibrahim berdoa agar lahir generasi penerus yang terbaik. Doanya terwujud dengan kelahiran Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah: “Aku adalah doa Nabi Ibrahim.” (Hadis)

Mewasiatkan Keteguhan pada Tauhid: Nabi Ibrahim dikenal sebagai “Bapak Tauhid” karena keteguhannya menegakkan nilai tauhid, bahkan dalam kondisi sulit di tengah kaumnya yang menyembah berhala.

Refleksi Bagi Kepemimpinan di Indonesia

Indonesia saat ini tengah menghadapi duka atas kepemimpinan yang dinilai tidak memperhatikan kepentingan rakyat, tetapi justru mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok.

Kepemimpinan profetik Nabi Ibrahim, yang berlandaskan pada kerja keras, ketulusan, dan doa bagi generasi yang lebih baik, dapat menjadi teladan yang sangat relevan bagi bangsa kita.

Berbagai demonstrasi dan hujatan yang terdengar di seluruh negeri adalah refleksi dari kekecewaan masyarakat terhadap rezim yang berkuasa.

Kepemimpinan yang ada dianggap tidak bekerja untuk kebaikan negeri ini, tetapi malah membanggakan diri atas prestasi yang dipertanyakan.

Di tengah pesimisme masyarakat terhadap pemimpin saat ini, keteladanan dari Nabi Ibrahim dapat menjadi inspirasi untuk membangun kepemimpinan yang lebih adil dan berorientasi pada kemaslahatan umat. (*)

Surabaya, 31 Agustus 2024

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini