Publik Figur Marak Kejar Gelar Doktoral, Begini Kata Pakar UM Surabaya
foto: istockphoto
UM Surabaya

Dalam beberapa bulan terakhir, perhatian publik tertuju pada sejumlah publik figur, termasuk artis, pengusaha, dan politisi, yang berhasil meraih gelar doktor.

Baik gelar doktor honoris causa (HC) maupun yang diperoleh melalui proses akademik menjadi sorotan. Pertanyaannya, apa yang mendorong mereka untuk mengejar gelar tersebut?

Radius Setiyawan, Dosen Cultural Studies Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), mengamati fenomena ini sebagai upaya individu untuk menguatkan pengaruh mereka dalam struktur sosial.

Mengacu pada pemikiran Pierre Bourdieu, seorang sosiolog terkemuka, untuk memperkuat posisi di masyarakat, seseorang harus memiliki berbagai bentuk kapital.

Kapital ekonomi mencakup kekayaan dan sumber daya yang dimiliki, sementara kapital budaya berhubungan dengan akses pendidikan dan posisi individu dalam struktur sosial.

Di samping itu, ada kapital sosial yang terkait dengan jaringan sosial dan kapital simbolik yang meliputi pengakuan sosial yang memberikan kekuasaan tertentu.

“Dalam konteks pendidikan, upaya yang dilakukan oleh beberapa publik figur ini adalah untuk memperkuat kapital budaya,” ujar Radius, pada Selasa (22/10/24).

Dia menekankan bahwa kapital budaya berfungsi sebagai aset sosial yang dapat memengaruhi akses individu terhadap pendidikan dan posisinya dalam masyarakat.

Radius menambahkan bahwa fenomena ini juga menunjukkan pentingnya arena pendidikan sebagai ruang strategis.

Tindakan publik figur untuk mendapatkan gelar akademik seharusnya dipandang wajar, namun menjadi masalah ketika praktik tersebut menciptakan gejala deotonomisasi dalam pendidikan.

Dalam kondisi ini, memperoleh gelar akademik tidak lagi memerlukan modal yang spesifik dan ketat; sebaliknya, modal sosial dan ekonomi menjadi penentu utama.

“Bisa jadi kita sedang menyaksikan konversi antara modal ekonomi menjadi modal budaya. Fenomena ini dapat semakin mengukuhkan dominasi aktor tertentu dalam arena sosial. Jika hal ini terus terjadi, dapat berpotensi mengancam ekosistem pendidikan kita, dan itu merupakan kondisi yang sangat mengkhawatirkan,” jelas Radius. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini