Kebebasan dan Kesejahteraan Itu Manifestasi Ibadah Kurban

*) Oleh: Hairul Warizin MM
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Allah telah menganugerahkan kepada manusia suatu kesenangan hidup di dunia berupa kasih sayang dan kecintaan terhadap wanita, anak-anak, harta benda, binatang ternak, pertanian, dan lainnya.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 14:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ ١٤

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Allah juga menunjukkan hal yang lebih baik dari semua itu bagi seorang yang bertakwa.”

Dalam surat Ali Imran ayat 15 Allah berfirman:

۞قُلۡ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيۡرٖ مِّن ذَٰلِكُمۡۖ لِلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَأَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ١٥

“Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya.

Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nabi Ibrahim merupakan manusia mulia yang patut kita contoh dalam membebaskan diri dari kecintaan terhadap hal-hal yang bersifat duniawi, kecintaan terhadap putra tunggalnya tidak mampu menghalangi ketakwaannya kepada Allah aza wa jalla.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.

Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”

Tingkat kesejahteraan tertinggi sebuah rumah tangga adalah apabila dalam rumah tangga tersebut seluruh anggota keluarganya mempunyai kepatuhan dan pengabdian secara totalitas kepada Allah Subhanu wa taala.

Nabi Ibrahim merupakan nabi yang patut dicontoh oleh seluruh manusia dalam membina keluarga sejahtera.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW juga mendambakan kesejahteraan dan keberkahan seperti yang telah Allah berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Setelah kita menemukan model keluarga sejahtera sebagaimana keluarga nabi Ibrahim, timbul pertanyaan, “Bagaimana cara mencapai kesejahteraan seperti keluarga nabi Ibrahim?”

Setidaknya ada tiga hal yang harus kita perjuangkan dalam kehidupan selama nyawa masih dikandung badan.

Pertama, kita harus selalu berjuang membebaskan diri dari kesyirikan. Syirik merupakan kezaliman yang paling besar. Allah berfirman dalam surat Al Luqman.

Kedua, bebaskan diri dari penyakit hati seperti: iri, dengki, hasad, riak, dan sombong. Hati merupakan komponen inti untuk mencapai kesejahteraan dunia akhirat.

Rasululah SAW bersabda, “Sesunguhnya didalam jasad manusia ada segumpal daging apabila baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika jelek maka jeleklah seluruh jasadnya ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”

Ketiga, bebaskan diri kita dari cinta dunia dan takut mati. Dua hal ini merupakan penghalang manusia mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat, karena orang yang cinta dunia dan takut mati tidak mampu bersyukur dan sulit berbagi.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Momentum Hari Raya Idul Adha dapat kita gunakan sebagai entry point perjuangan mencapai tiga kebebasan. Dengan menyembelih hewan kurban menunjukkan kita patuh terhadap perintah Allah Swt.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢

“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”

Disyariatkan kepada umat nabi Muhammad untuk menyembelih hewan kurban pada saat Idul Adha dan Hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijah.

Mudah-mudahan kita diberi kemudahan untuk menjalankan ibadah kurban setiap tahun. Amin.

Terakhir, mari berdoa kepada Allah semoga kita mampu meneladani Nabi Ibrahim dalam membina keluarga sejahtera dunia akhirat. (*)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini