Imam Al-Ghozali mengatakan:
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Al-Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang tersobek?” (HR. Bukhari).
Imam Al-Ghozali bahkan berpendapat:
“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan dalam perut seseorang. Kemudian seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itu pun membawa semua bagian tubuh yang tersangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.”
Imam Al-Ghozali juga mengatakan:
“Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut seperti menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan bahwa dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dan dari setiap akar rambut serta kulit kepala hingga kaki.”
Nabi Ibrahim alaihissalam ketika ditanya Allah SWT tentang rasa sakit dicabutnya roh mengatakan bahwa rasanya seperti kain basah yang disetrika.
وذكر المحاسبي في الرعاية : أن الله سبحانه قال لإبراهيم عليه السلام : يا خليلي كيف وجدت الموت؟ قال : كسفود محمي جعل في صوف رطب ثم جذب، قال : أما إنا قد هونا عليك
“Al-Muhasibi menyebutkan dalam kitab ar-Ri’ayah: bahwa Allah SWT berkata kepada Nabi Ibrahim alaihissalam, “Wahai kekasihKu, bagaimana kamu merasakan mati?”
Nabi Ibrahim menjawab, “Kematian bagiku seperti setrika yang sangat panas, yang digosokkan pada kain wol yang basah (sehingga kain wol tersebut kering seketika).”
Allah kemudian berkata, “Sesungguhnya Kami telah memudahkan kematianmu.”
Begitu pun Nabi Musa alaihisalam yang merasakan sakitnya ketika dicabut nyawa seperti burung yang dipanggang hidup-hidup.
Diceritakan bahwa ruh Nabi Musa sampai kepada Allah, maka Allah SWT berkata kepadanya, (ruh Nabi Musa). “Wahai Musa bagaimana kamu merasakan mati?”
Ruh Nabi Musa menjawab, “Kematian yang kurasakan seperti burung hidup yang dipanggang di atas panggangan.”
وروي أن موسى عليه السلام لما صار روحه إلى الله تعالى قال له ربه: يا موسى كيف وجدت الموت ؟ قال : وجدت نفسي كالعصفور الحي حين يلقى على المقلى لا يموت فيستريح ولا ينجو فيطير
Diceritakan bahwa ruh Nabi Musa sampai kepada Allah, maka Allah berkata kepadanya, (ruh Nabi Musa). “Wahai Musa bagaimana kamu merasakan mati?”
Ruh Nabi Musa menjawab, “Kematian yang kurasakan seperti burung hidup yang dipanggang di atas panggangan.”
Nabi Isa alaihissalam sampai meminta pada para pengikutnya untuk senantiasa meminta kepada Allah SWT agar dimudahkan ketika sakaratul maut.
Sebab sakitnya sakaratul maut lebih sakit dari kesakitan apa pun di dunia.
وقال عيسى بن مريم عليه السلام : يا معشر الحواريين ادعوا الله أن يهون عليكم هذه السكرة ، يعني سكرات الموت
Isa ibn Maryam berkata, “Wahai Hawariyyun (pengikut Nabi Isa), mohonlah kepada Allah agar Dia memberikan kemudahan kepada kalian ketika menghadapi sakaratul maut.”
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa kepedihan mati lebih sakit dari rasa sakit akibat tebasan pedang, gergaji, atau gunting.
وذكر أبو نعيم من حديث مكحول عن واثلة رضي الله عنه عن النبي ﷺ أنه قال: والذي نفسي بيده لمعاينة ملك الموت ، أشد من ألف ضربة بالسيف. وسيأتي بكماله. انشاءالله تعالى
Abu Nu’aim al-Hafizh menyebutkan dalam kitab al-Hilyah sebuah hadis dari makhul, Rasulullah SAW bersabda, “Aku bersumpah bahwa rasa sakit ketika akan mati melebihi rasa sakit tebasan seribu pedang.” (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News