Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa dosa syirik bisa menghapuskan amalan seseorang dan membuatnya terlarang dari masuk surga apabila ia tidak bertobat darinya hingga maut menjemputnya. Dan tempat kembalinya adalah Neraka yang penuh dengan siksa dan kepedihan.
Allah Ta’ala berfirman:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az-Zumar: 65)
Di dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah Neraka.” (QS. Al-Maidah: 72)
Karena begitu bahayanya dosa syirik, sampai-sampai Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdoa agar anak cucunya tidak melakukan perbuatan syirik. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari pada menyembah berhala-berhala.” [QS. Ibrahim: 35]
Sebagai pemimpin orang-orang yang bertauhid, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sangat takut jika anak keturunannya kelak terjatuh kepada perbuatan syirik.
Hal itu karena beliau mengetahui bahwa syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah jika pelakunya tidak bertaubat darinya.
Jika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang merupakan kekasih Allah saja khawatir dan takut terhadap dosa syirik, maka kita harusnya lebih takut dan khawatir dari beliau.
Kita harus benar-benar berhati-hati dalam setiap tindakan kita, jangan sampai terjatuh kepada kesyirikan yang dapat me-reset dan sekaligus men-delete segala pahala kebaikan sehingga tidak tersisa sedikit pun dari pahala kebaikan tersebut.
Apalagi di zaman sekarang, yang mana terkadang perbuatan kesyirikan menjadi samar karena dikemas dengan dalih melestarikan kearifan lokal, konservasi budaya, merawat keragaman, dan sebagainya.
Padahal pada hakikatnya adalah perbuatan syirik, dan pada akhirnya banyak orang yang tertipu dengannya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News