Risalah Islam Berkemajuan untuk Cegah Interpretasi Subjektif

Salah satu tujuan dirumuskan dan dikodifikasinya Islam Berkemajuan dalam bentuk Risalah Islam Berkemajuan sebagai hasil dari Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, merupakan usaha Muhammadiyah untuk mencegah adanya interpretasi subjektif atau personal.

Meskipun telah melewati berbagai rangkaian pembahasan dan tahapan yang runtut, namun Risalah Islam Berkemajuan tidak anti kritik.

Karena karya manusia di bawah kolong langit tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu jika Risalah Islam Berkemajuan digunakan sebagai acuan, tidak bisa disampaikan dengan Alquran.

Jika dilacak genealogi Risalah Islam Berkemajuan bukan sebagai barang baru di Muhammadiyah. Karena jejaknya dapat dilacak sampai pada KH. Ahmad Dahlan.

Risalah Islam Berkemajuan sekaligus sebagai penegasan gerakan, pandangan dan kerangka pemikiran Muhammadiyah.

Muhammadiyah ingin men-streaming Islam Berkemajuan ini dalam khazanah ajaran Agama Islam.

Tentang Risalah Islam Berkemajuan yang harus dipahami dan diimplementasikan, sementara untuk urusan akademik bisa dikembangkan dalam bentuk tulisan yang lebih rinci dan lebih luas sebagai kekayaan khazanah Persyarikatan Muhammadiyah.

Islam Berkemajuan merupakan identitas Muhammadiyah, sekaligus distingsi.

Islam Berkemajuan bukan Islam versi Persyarikatan Muhammadiyah, melainkan sebuah pandangan yang ingin mengembalikan pada esensi Ajaran Islam yang seringkali dilupakan.

Islam mengajarkan kita hidup maju dalam seluruh aspek kehidupan, karena itulah kita terus mengingatkan kembali, memberikan inspirasi dari naskah ini supaya kita ingat kalau Islam dipahami dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh pasti akan membawa pada kemajuan.

Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam, maka Risalah Islam Berkemajuan bukan hanya fokus memajukan Umat Islam saja, melainkan seluruh umat manusia.

Memajukan peradaban ditempuh oleh Islam Berkemajuan melalui cara dengan tidak membatasi penguasaan ilmu pengetahuan umum. Hematnya, ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk kemaslahatan bersama. (*)

(Disampaikan Prof Syafiq Mughni di Pengajian Ramadan 1444 H Uhamka, 1 April 2023) 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini