Maka pada saat itu Nabi Musa meyakinkan pengikutnya bahwa Allah pasti akan menolongnya.

Di saat kepasrahan bulat kepada Allah itulah datang pertolongan Sang Penguasa langit, sehingga laut terbelah menyelamatkan mereka dan menenggelamkan Fir’aun dan tentaranya.

Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَ تْبـَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًا ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَا لَ اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْۤ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْۤا اِسْرَآءِيْلَ وَ اَنَاۡ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam, dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri).” (QS. Yunus : 90)

Apa yang dialami Maryam merupakan contoh penguat. Dia merupakan perempuan shalihah yang senantiasa beribadah dan tidak pernah berbuat kemaksiatan.

Karena ketaqwaan yang demikian besar, maka Allah pun memberikan rizki kepada dari jalan yang tak disangka-sangka.

Zakaria yang yang merawatnya pun merasaheran dengan adanya makanan yang tak pernah ada di musimnya. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَا تًا حَسَنًا ۙ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَا بَ ۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَا لَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَـكِ هٰذَا ۗ قَا لَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَآءُ بِغَيْرِ حِسَا بٍ

“Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali ‘Imran : 37)

Apa yang dialami Abu Bakar ketika dalam kejaran kaum Kafirin Quraisy, hingga tidak saat berada di dalam gua. Ketakutan Abu Bakar bukan terhadap keselamatan dirinya,, tetapi terhadap keselamatan Nabi Muhammad yang beradadi sampingnya.

Di puncak ketakutan itu, Nabi meyakinkan diri Abu Bakar, dan memasrahkan dirinya secara bulat kepada Allah. Allah pun mendatangkan pertolongan-Nya. Hal ini termaktub sebagaimana firman-Nya:

اِلَّا تَـنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَا نِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَا رِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَا حِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا ۚ فَاَ نْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَـتَهٗ عَلَيْهِ وَاَ يَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰى ۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini