Sebanyak 30 mahasiswa Singapore Polytehnic dan Dosen Pembimbing SP tiba di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Senin (24/9/23).
Mereka akan bekerjasama dengan mahasiswa UM Surabaya dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Learning Expres (Lex) yang dilakukan selama 12 hari dengan fokus lokasi di pesisir Paciran Lamongan Jawa Timur.
Diketahui, Learning Express (LeX) adalah program luar negeri selama 12 hari yang membekali mahasiswa dengan pola pikir design thinking dalam konteks inovasi sosial.
Dalam program ini, mahasiswa dapat menikmati pengalaman di luar buku teks seperti belajar bahasa baru dan mengikuti homestay komunitas.
Mahasiswa dapat berinteraksi dan membangun persahabatan dengan pemuda dari Asia dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi komunitas luar negeri.
Dalam pembukaan yang berlangsung di gedung A tersebut, mahasiswa dan dosen Singapore Polytehnic disambut meriah, mulai penyambutan dari menu makanan tradisional, memperkenalkan baju adat daerah hingga beberapa tarian yang ada di Indonesia.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Dede Nasrullah mengungkapkan, agenda KKN Learning Expres merupakan kegiatan pertama kali yang dilakukan UM Surabaya dengan Singapore Polytehnic di bawah naungan biro LPPM secara langsung.
Dede menyebut ada tiga fokus permasalahan utama dalam kegiatan KKN ini.
“Pertama, terkait keselamatan kerja petani siwalan dan pengrajin batik, kedua produk ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas petani,” ujar Dede.
Dede menyebut kondisi petani siwalan di pesisir Paciran perlu mendapatkan perhatian yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan keselamatan kerja.
Ditambah lagi mayoritas petani siwalan adalah mereka-mereka dengan usia yang sudah lanjut namun harus tetap memanen.
“Persoalan lain adalah produk ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas petani. Jadi mahasiswa yang terjun nantinya juga akan bekerja sama dan memecahkan suatu masalah terkait bagaimana memanfaatkan sesuatu yang tidak memiliki nilai menjadi barang yang memiliki nilai jual salah satunya kulit siwalan yang selama ini tidak dimanfaatkan,” jabar Dede.
Dia juga menyebut selain berfokus pada petani siwalan, mahasiswa juga akan berfokus pada peningkatan produktivitas Batik Sendangagung Paciran.
Dede menuturkan, dalam waktu yang singkat selama 12 hari diharapkan 30 mahasiswa Singapore dan 31 mahasiswa UM Surabaya akan menghasilkan prototype alat bantu yang dibutuhkan masyarakat, khususnya petani siwalan dan pengrajin batik.
Dede juga berharap kegiatan kolaborasi ini tidak hanya berlangsung tahun ini, namun juga berkelanjutan pada tahun-tahun selanjutnya.
Menurutnya Lex bukan hanya mengenai ide, melainkan juga harus bisa dikembangkan menjadi alat yang bermanfaat bagi sesama.
Sementara itu, Cyrine Jossa, fasilitator dan dosen pendamping Singapore Polytehnic, merasa haru atas sambutan yang luar biasa oleh tim UM Surabaya.
Ia menyebut semua kebudayaan Indonesia otentik dan unik. Ia merasa terhibur bahkan 30 mahasiswa asal Singapore merasa takjub atas penampilan-penampilan yang ditampilkan mahasiswa UM Surabaya.
“Haparan kita, kegiatan KKN Lex ini menghasilkan produk yang sustainable. Artinya, barang ramah lingkungan dalam proses produksi maupun konsep bisnisnya dengan tidak mengabaikan isu-isu lingkungan,” pungkasnya. (*/is)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News