Ali bin Abi Thalib berkata,
“Barangsiapa bersandar pada harta, maka ia akan miskin. Barangsiapa bersandar pada harga diri, maka ia akan hina. Barangsiapa bersandar pada akalnya, ia akan tersesat. Namun, barangsiapa bersandar kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sesungguhnya ia tidak akan pernah miskin, tidak akan hina, dan tidak akan pernah pula tersesat”.
Nasihat ini menekankan pentingnya berserah diri dan hanya mengandalkan Allah Wa Ta’ala, karena sandaran duniawi seperti harta, kehormatan diri, dan akal semata memiliki keterbatasan dan dapat berujung pada kegagalan.
Bersandar pada Harta :
Harta benda tidak kekal, sehingga orang yang hanya bergantung padanya akan merasakan kehilangan dan kemiskinan ketika harta itu hilang.
Bersandar pada Harga Diri :
Kehormatan diri yang dibangun di atas kebanggaan manusia mudah luntur dan bisa membuat seseorang menjadi sombong, angkuh, dan akhirnya terhina.
Bersandar pada Akal :
Akal manusia terbatas dan bisa salah, sehingga jika bersandar sepenuhnya pada akal dapat menyebabkan kesesatan dan kekeliruan dalam memandang sesuatu.
Bersandar pada Allah Wa Ta’ala :
Hanya dengan bersandar pada Allah Wa Ta’ala, seseorang akan mendapatkan ketenangan, tidak akan merasakan kekurangan (baik harta, martabat, maupun keimanan), dan akan selalu berada di jalan yang benar.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(QS. Al Insyiroh : 8)
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan“.
(QS. Al Fatehah : 5)
Taat hanya pada Allah
Ada kalanya diri ini begitu lelah untuk taat. Salat terasa berat, menutup aurat seolah mengekang, meninggalkan maksiat terasa pahit. Kita sering lupa, bahwa perjalanan hidup bukan sekadar tentang hari ini, tapi tentang akhir dari semuanya: surga atau neraka.
Sungguh, memaksa diri untuk sholat lima waktu mungkin terasa sulit. Menundukkan pandangan di tengah fitnah dunia mungkin menyakitkan. Menahan diri dari dosa yang sudah terbiasa mungkin membuat hati resah. Tapi bukankah setiap lelah, setiap tetes air mata, setiap kali kita memaksa diri dalam ketaatan—itulah yang kelak menjadi penolong di hadapan Allah ?
Allah berfirman :
“Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya.”
(QS.An-Nazi’at:40-41)
Maka jangan pernah menyerah. Jangan biarkan nafsu menang dan menyeretmu perlahan ke neraka. Lebih baik kita memaksa diri untuk masuk surga, meski penuh rintangan, daripada merelakan diri berjalan santai menuju neraka tanpa perlawanan.
Karena pada akhirnya, paksaan hari ini akan berubah jadi kebiasaan. Dan kebiasaan itu, dengan izin Allah, akan menjadi kemanisan iman yang membuat hati kita tenang.
Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad, Wa ‘ala Aali Sayyidina Muhammad
Ya Allah, dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepadaMu kebangkitan bagi semua makhluk
Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rezeki yang halal, dan amal yang diterima di sisiMu dan mendapatkan ganjaran yang baik
In syaa Allah bermanfaat.
