“Fitnah suami dan fitnah istri” menyentuh ranah yang sangat penting dalam kehidupan rumah tangga dan spiritualitas Islam. Kata fitnah dalam konteks ini bukan hanya berarti tuduhan palsu, tetapi juga ujian, godaan, atau sumber kerusakan yang bisa muncul dari pasangan jika tidak dijaga dengan baik.
Makna Fitnah dalam Konteks Suami dan Istri
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar. (QS. At-Taghabun: 15)
Pasangan hidup, sebagai bagian dari kehidupan dunia, bisa menjadi sumber kebahagiaan sekaligus ujian. Fitnah dalam rumah tangga bisa muncul dalam berbagai bentuk:
Fitnah Suami terhadap Istri
• Ketidakadilan dan kekerasan: Suami yang tidak berlaku adil, kasar, atau menelantarkan hak-hak istri.
• Perselingkuhan atau godaan dunia: Suami yang tergoda oleh wanita lain, harta, atau jabatan, sehingga mengabaikan tanggung jawab rumah tangga.
‘Fitnah laki-laki adalah wanita” sering dikaitkan dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ:
“Tidak aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna Fitnah dalam Hadis Ini
Dalam bahasa Arab, fitnah berarti ujian, cobaan, atau sesuatu yang bisa menjerumuskan seseorang dari jalan kebenaran. Hadis ini bukan menyalahkan wanita, tetapi menggambarkan potensi besar wanita sebagai ujian bagi laki-laki, terutama jika hawa nafsu tidak dikendalikan.
Konteksnya:
* Wanita sebagai ujian bukan karena kodratnya, tetapi karena cara sebagian laki-laki memandang dan memperlakukan wanita.
* Ini adalah peringatan bagi laki-laki agar menjaga pandangan, hati, dan perilaku agar tidak tergelincir oleh godaan syahwat.
Wanita bukan sumber fitnah, tapi bisa menjadi ujian
Seperti harta, jabatan, dan anak-anak, wanita bisa menjadi jalan menuju ridha Allah atau sebaliknya, tergantung sikap laki-laki.
Laki-laki perlu kepemimpinan spiritual
Tanpa kontrol diri, ilmu, dan iman, laki-laki mudah tergoda oleh keindahan dunia, termasuk wanita. Maka, kepemimpinan bukan dominasi, tapi penjagaan dan pembimbingan.
Fitnah bukan milik satu gender. Wanita pun diuji oleh laki-laki: dalam bentuk kekuasaan, rayuan, atau ketidakadilan. Maka, kedua pihak harus saling menjaga dan saling menguatkan.
• Kurangnya kepemimpinan spiritual: Suami yang tidak membimbing keluarganya dalam nilai-nilai Islam, membiarkan istri dan anak-anak jauh dari agama.
Fitnah Istri terhadap Suami
• Durhaka dan pembangkangan: Istri yang tidak taat kepada suami dalam hal yang dibenarkan syariat.
• Menggoda atau memperdaya: Istri yang menggunakan kecantikan atau kata-kata untuk memanipulasi suami demi kepentingan dunia.
• Mengabaikan peran sebagai pendidik anak dan penjaga rumah: Ketika istri lebih sibuk dengan dunia luar daripada membina keluarga.
Dalam Al-Qur’an dan hadis, harta sering disebut sebagai salah satu ujian besar dalam kehidupan manusia, termasuk bagi wanita.
Makna Fitnah Harta bagi Wanita
Dalam QS. Al-Kahfi: 46, Allah berfirman:
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Namun, perhiasan bisa menjadi fitnah jika:
* Dikejar secara berlebihan
* Menjadi sumber kesombongan atau iri hati
* Menggeser nilai-nilai spiritual dan akhlak
Bentuk Fitnah Harta bagi Wanita
* Kecintaan berlebihan pada kemewahan: Terjebak dalam gaya hidup konsumtif, mengukur kebahagiaan dari materi.
* Persaingan sosial: Membandingkan diri dengan orang lain, merasa kurang karena tidak memiliki barang tertentu.
* Mengabaikan peran utama: Ketika pencarian harta membuat wanita lalai dari peran sebagai pendidik anak dan penjaga nilai keluarga.
* Manipulasi atau eksploitasi: Menggunakan daya tarik atau posisi untuk mendapatkan harta dengan cara yang tidak halal.
Jalan Keluar: Hikmah dan Solusi
1. Kesadaran bahwa pasangan adalah amanah
Pasangan bukan milik mutlak, melainkan titipan Allah yang harus dijaga, dibimbing, dan diperlakukan dengan ihsan.
2. Komunikasi yang jujur dan lembut
Fitnah sering tumbuh dari kesalahpahaman. Komunikasi yang terbuka dan penuh kasih sayang adalah benteng pertama.
3. Pendidikan spiritual bersama
Membangun rumah tangga yang berporos pada rida Allah: saling mengingatkan, shalat berjamaah, membaca Qur’an bersama, dan berdiskusi tentang nilai-nilai kehidupan.
4. Introspeksi dan muhasabah
Sebelum menyalahkan pasangan, tanyakan: Apakah aku sudah menjadi suami/istri yang Allah rida?
