“The distance created is a time lag that God has given, so that love can grow in sincere prayer, not in meetings that bring sin”
”(Jarak yang tercipta adalah jeda waktu yang Allah berikan, agar cinta itu tumbuh dalam doa yang tulus, bukan dalam pertemuan yang membawa dosa)”
Kadang, Allah memisahkan dua insan yang saling mencinta bukan karena benci, tetapi karena Dia ingin keduanya tumbuh dalam doa, bukan terjerumus dalam dosa. Perpisahan yang menyakitkan seringkali adalah cara terindah-Nya untuk membersihkan niat, menguatkan iman, dan mengarahkan hati kembali hanya kepada-Nya. Sikap ini sejalan dengan hikmah dalam firman Allah,
قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Artinya:
Dia berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya.“(Qs. Al-Kahfi: 78)
Ayat ini, walau dalam konteks kisah Musa dan Khidhir, mengajarkan bahwa ada peristiwa perpisahan yang terjadi karena di baliknya tersimpan maksud baik (takwil) dan hikmah besar yang belum kita pahami saat itu. Perpisahan terkadang adalah bagian dari rencana besar Allah untuk menjaga kemaslahatan hamba-Nya.
Dalam hadis Nabi Muhammad SAW bersabda,
وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
Artinya:
“Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah.” (HR.Muslim No.1712)
Hadis ini menekankan bahwa ikatan yang paling mulia adalah yang didasari ketaatan. Jika perpisahan membawa kepada ketaatan, maka ia bernilai tinggi di sisi-Nya.
Oleh sebab itu, terimalah perpisahan sebagai ujian dan undangan untuk bermuhasabah. Percayalah, Allah hanya menggenggam kembali sesuatu yang tidak baik bagi kita agar Dia bisa memberikan sesuatu yang jauh lebih baik, yang mendekatkan kita pada-Nya.
Semoga bermanfaat.
