Kejar Akhirat, Mudah Urusan Dunia

Kejar Akhirat, Mudah Urusan Dunia
*) Oleh : M. Mahmud
Ketua PRM Kandangsemangkon Paciran Lamongan Jawa Timur
www.majelistabligh.id -

Kata Imam Hadad orang yang mengejar agama dan akhiratnya Allah bakal mudahkan urusan dunianya. Tapi siapa orang yang hanya mengejar dunianya dan dia tinggalkan dia abaikan urusan agama dan akhiratnya maka dunianya tidak dia dapatkan, akhiratnya tidak dia miliki.

Kerugian yang dia dapatkan dunia dan akhirat, itulah kerugian, itulah kerugian yang sebenarnya.

“Kejar agama dan akhirat”, sesungguhnya adalah kompas hidup. Ia mengingatkan bahwa dunia hanyalah ladang, sementara akhirat adalah hasil panen. Dalam Qur’an, Allah berfirman:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77).

Makna Utama
* Agama sebagai jalan → Menjadi pedoman, cahaya, dan pelita agar langkah kita lurus.
* Akhirat sebagai tujuan → Semua amal, niat, dan perjuangan bermuara pada pertemuan dengan Allah.
* Dunia sebagai sarana → Bukan untuk ditinggalkan, tapi dijadikan ladang amal yang berguna.

Cara Praktis Mengejar Agama dan Akhirat
* Niat lurus: setiap aktivitas (belajar, bekerja, mendidik anak) diniatkan sebagai ibadah.
* Ilmu dan amal: memperdalam ilmu agama lalu mengamalkannya dalam keseharian.
* Akhlak mulia: menjadikan agama bukan sekadar ritual, tapi karakter yang hidup.
* Komunitas: bergabung dengan jamaah, guru, atau sahabat yang saling menguatkan.
* Doa dan dzikir: menjaga hati tetap terhubung dengan Allah di tengah kesibukan dunia.

Dunia ini ibarat cermin: ia memantulkan siapa kita sebenarnya. Akhirat adalah panen benih yang kita tanam. Maka mengejar agama dan akhirat bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan menjadikannya berguna, bukan sempurna.

QS. Asy-Syura [42]: 20
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ
Artinya: Siapa yang menghendaki balasan di akhirat, akan Kami tambahkan balasan itu baginya. Siapa yang menghendaki balasan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (balasan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian sedikit pun di akhirat.

QS. Al-A’la [87]: 16–17
بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ
16. Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia,
17. padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.

Inti Pesan Ayat
• Akhirat adalah tujuan utama: dunia hanyalah sarana, bukan tujuan.
• Agama sebagai jalan: amal saleh, ibadah, dan akhlak mulia adalah bekal menuju akhirat.
* Keseimbangan dunia-akhirat: Islam tidak menolak dunia, tetapi menempatkannya sebagai ladang amal.

Refleksi
Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa mengejar agama dan akhirat bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan menjadikan dunia sebagai ladang amal. Dunia adalah cermin yang memantulkan siapa kita, sementara akhirat adalah panen benih yang kita tanam. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Search