Paparan Kekuasaan Allah, Berbuah Penghinaan kepada-Nya

Paparan Kekuasaan Allah, Berbuah Penghinaan kepada-Nya
*) Oleh : Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jatim
www.majelistabligh.id -

Berbagai kekuasaan Allah di alam semesta dipaparkan dengan harapan manusia mengagungkan-Nya. Namun kenyataan berbuah sebaliknya. Manusia justru menyembah kepada selain Allah. Hal ini menunjukkan penghinaan terbesar dari makhluk terhadap penciptanya. Al-Qur’an menunjukkan kekuasaan Allah dengan menunjukkan langit yang tegak dan bumi yang terhampar. Demikian pula turunnya air dari langit menuju bumi hingga tumbuh kehidupan yang bermanfaat bagi manusia.  Alih-alih mengagungkan Allah saja, manusia justru mengagungkan makhluk-makhluk yang dianggap memiliki kontribusi dan penopang hidupnya.

Keagungan Allah

Kebesaran dan keagungan Allah ditunjukkan dengan  berbagai fenomena alam yang sangat jelas dan nyata. Allah menciptakan langit dan bumi dengan berbagai keindahannya. Lbahkan Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menunjukkan kebesaran dalam pengadaan air yang menumbuhkan berbagai pohon yang indah dan memberi manfaat bagi manusia. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

اَمَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ وَاَ نْزَلَ لَـكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً ۚ فَاَ نْۢبَتْنَا بِهٖ حَدَآئِقَ ذَا تَ بَهْجَةٍ ۚ مَا كَا نَ لَـكُمْ اَنْ تُـنْبِۢتُوْا شَجَرَهَا ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَّعْدِلُوْنَ

Artinya :

Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah? Kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (QS. An-Naml : 60)

Bumi bukan sekedar bisa menumbuhkan pohon-pohonan untuk kepentingan manusia, namun Allah menjadikan bumi  sebagai tempat tinggal. Bahkan di bawah bumi mengalir sunga-sungai yang bisa menopang hidup manusia. Hal ini ditegasan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

اَمَّنْ جَعَلَ الْاَ رْضَ قَرَا رًا وَّجَعَلَ خِلٰلَهَاۤ اَنْهٰرًا وَّجَعَلَ لَهَا رَوَا سِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَا جِزًا ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya :

“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya, dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. An-Naml : 61)

Allah tidak hanya menyediakan kebutuhan hidup manusia di bumi, tetapi juga siap membantu menyelesaikan berbagai kesulitan yang dihadapi manusia. Ketika manusia menghadapi kesulitan, maka Allah pun siaga mendengar keluhan dan permintaan doa dari para hamba-Nya. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْٓءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الْاَ رْضِ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ

Artinya :

Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml :  62)

Allah pun memberikan petunjuk pada manusia yang mengalami kegelapan dengan menyiapkan panduan yang mengarahkan manusia pada tujuan yang benar. Hal ini sebagai bentuk perhatian Allah terhadap hamba-Nya. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

اَمَّنْ يَّهْدِيْكُمْ فِيْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ وَمَنْ يُّرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ تَعٰلَى اللّٰهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Artinya :

Bukankah Dia (Allah) yang memberi petunjuk kepada kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan.” (QS. An-Naml : 63)

Ragu Hari Kebangkitan

Berbagai kekuasaan Allah dipaparkan sedemikian rupa. Langit yang demikian tinggi dan kokoh, serta bumi yang sangat luas sengaja ditunjukkan agar manusia secara sadar mau menggunakan akal dan pikirannya. Dengan kata lain, fenomena kekuasaan dan kebesaran Allah tidak mungkin dijangkau dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh siapapun. Artinya, Allah bisa menjadkan sesuatu yang tadinya mustahil menjadi mungkin. Namun manusia justru  mempertanyakan sesuatu yang sangat mudah bagi Allah.

Adanya hari kebangkitan sebagai wujud pertanggungawaban manusia kepada Tuhannya. Namun manusia mengingkarinya. Dalam pandangan manusia, makhluk yang mati dan telah bercerai berai serta musnah tidak mungkin bisa akembali sebagaimana keadaan semula.

Manusia mempertanyakan adanya jasad manusia yang keluar dari kuburan dalam keadaan sempurna. Mereka mempertanyakan apakah nenek-moyang atau manusia terdahulu bisa bangkit Kembali, padahal sebelumnya telah hancur lebur di tanah. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَقَا لَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا ءَاِذَا كُنَّا تُرٰبًا وَّاٰبَآ ؤُنَاۤ اَئِنَّا لَمُخْرَجُوْنَ

Artinya :

“Dan orang-orang yang kafir berkata, “Setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) nenek moyang kita, apakah benar kita akan dikeluarkan (dari kubur)?” (QS. An-Naml :  67)

Manusia mengira bahwa beriman akan adanya hari kebangkitan sebagai bentuk ancaman, sebagaimana ancaman yang pernah dilakukan kepada nenek moyang terdahulu. Hal ini dinaraskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

لَـقَدْ وُعِدْنَا هٰذَا نَحْنُ وَاٰ بَآ ؤُنَا مِنْ قَبْلُ ۙ اِنْ هٰذَاۤ اِلَّاۤ اَسَا طِيْرُ الْاَ وَّلِيْنَ

Artinya :

Sejak dahulu kami telah diberi ancaman dengan ini (hari kebangkitan); kami dan nenek moyang kami. Sebenarnya ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.” (QS. An-Naml : 68)

Ketidakpercayaan kepada hari kebangkitan merupakan pangkal kejahatan manusia. Betapa tidak, dengan menolak hari kebangkitan sama saja dengan mengatakan bahwa manusia bisa berbuat bebas di dunia tanpa harus mendapatkan balasan di akhirat. Ketika keyakinan ini menyebar (menolak kebangkitan), maka tersebarlah kejahatan yang sulit dihentikan.

Surabaya, 17 Desember 2025

Tinggalkan Balasan

Search