Payung bukan untuk menghentikan hujan, tapi payung membuat kita bertahan. Bertahan di tengah hujan. Payung inilah disebut dengan confidence (kepercayaan diri). Confidence (kepercayaan diri) tidak lantas membuat berhasil tetapi kepercayaan diri membuat bertahan berani menghadapi semua tantangan supaya bisa sampai pada cita cita besar.
Ada cerita sedih tentang payung bagi kebanyakan orang ketika tidak lagi hujan maka membawa payung menjadi beban, bagi kebanyakan orang ketika sampai di rumah payung ditaruh di luar rumah alasanya basah. Ketika sesuatu itu tidak bermanfaat untuk sementara dianggapnya sebuah beban atau diacuhkan dilecehkan. Inilah yang disebut dengan sikap lack of emphaty (hilangnya empati). Ingat hujan tidak menghalangi hanya membasahi.
“Payung tidak untuk menghentikan hujan”
Makna Filosofis dan Reflektif
* Penerimaan terhadap realitas: Hujan adalah kenyataan yang tak bisa kita hentikan. Payung bukan alat untuk melawan hujan, tapi untuk melindungi diri saat hujan turun. Ini mengajarkan kita untuk menerima kenyataan, bukan memusuhinya.
* Fungsi yang tepat: Payung menjadi simbol alat bantu yang sesuai dengan fungsinya. Ia tidak mengubah situasi, tapi membantu kita beradaptasi.
* Kesadaran akan batas peran: Dalam kehidupan, kita sering ingin “menghentikan hujan” , mengubah hal-hal yang di luar kendali kita. Padahal, yang bijak adalah menyiapkan payung, bukan memusuhi hujan.
1. Penerimaan terhadap realitas
Hujan melambangkan kenyataan hidup: ujian, takdir, sistem, atau kondisi yang tidak bisa kita kendalikan. Payung tidak berfungsi untuk menghentikan hujan, melainkan untuk melindungi kita saat hujan turun. Ini mengajarkan kita untuk menerima kenyataan, bukan memusuhinya.
2. Fungsi yang tepat dan kesiapan
Payung adalah simbol alat bantu yang sesuai dengan fungsinya. Ia tidak mengubah situasi, tapi membantu kita beradaptasi. Pepatah “sedia payung sebelum hujan” menekankan pentingnya persiapan dan kehati-hatian dalam menghadapi kemungkinan buruk.
3. Kesadaran akan batas peran
Kita sering ingin “menghentikan hujan” — mengubah orang lain, sistem, atau takdir. Padahal, yang bijak adalah menyiapkan payung, bukan memusuhi hujan. Ini mengajarkan kerendahan hati, kesabaran, dan pengendalian diri.
Dalam spiritualitas, iman adalah payung. Ia tidak menghapus ujian, tapi membuat kita tetap teduh di tengah badai
Ayat-Ayat Al-Qur’an yang relevan dengan metafora “Payung Tidak untuk Menghentikan Hujan”
Berikut beberapa ayat yang mendukung makna reflektif dari metafora tersebut:
1. Surat Ar-Rum Ayat 48
اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ فَاِذَآ اَصَابَ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ اِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَۚ
Artinya: Allahlah yang mengirim angin, lalu ia (angin) menggerakkan awan, kemudian Dia (Allah) membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka, apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, seketika itu pula mereka bergembira.
Makna: Hujan adalah kehendak Allah, bukan sesuatu yang bisa dihentikan oleh manusia. Kita hanya bisa bersiap dan bersikap.
2. Surat Al-Mu’minun Ayat 18
وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍ فَاَسْكَنّٰهُ فِى الْاَرْضِۖ وَاِنَّا عَلٰى ذَهَابٍۢ بِهٖ لَقٰدِرُوْنَ ۚ
Artinya: Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran. Lalu, Kami jadikan air itu menetap di bumi dan sesungguhnya Kami Mahakuasa melenyapkannya.
Makna: Hujan turun dengan takaran yang telah ditentukan. Ini menunjukkan keteraturan dan ketetapan yang tidak bisa diubah oleh manusia.
3. Surat An-Nur Ayat 43
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ ۗ
Artinya: Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk. Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Makna: Proses turunnya hujan adalah bagian dari kekuasaan Allah. Kita tidak bisa menghentikannya, tapi bisa mengambil pelajaran darinya. (*)
