Tahun Berganti, Amal Diperhitungkan: Muhasabah Akhir Tahun dalam Islam

Tahun Berganti, Amal Diperhitungkan: Muhasabah Akhir Tahun dalam Islam
*) Oleh : Moh. Mas’al, S.HI, M.Ag
Kepsek SMP Al Fattah dan Anggota MTT PDM Kabupaten Sidoarjo
www.majelistabligh.id -

Pergantian tahun merupakan fenomena alamiah yang terus berulang dalam kehidupan manusia. Namun dalam perspektif Islam, pergantian waktu bukan sekadar perubahan kalender, melainkan peringatan serius akan berkurangnya umur dan bertambahnya catatan amal. Setiap detik yang berlalu tidak pernah kosong dari nilai, karena semuanya tercatat dan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ.

Islam tidak menjadikan pergantian tahun sebagai ajang euforia dan perayaan hampa, melainkan momentum muhasabah (evaluasi diri), taubat, serta pembaruan tekad dalam ketaatan.

Pergantian Waktu dan Tanggung Jawab Manusia

Al-Qur’an secara tegas mengaitkan perjalanan waktu dengan tanggung jawab amal. Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
(QS. al-Hasyr [59]: 18)

Menurut Ibn Katsir, ayat ini merupakan perintah muhasabah, yakni menimbang amal sebelum ditimbang pada hari kiamat. Seorang mukmin tidak cukup merasa telah beriman, tetapi wajib menilai kualitas amalnya secara berkelanjutan.¹

Pergantian tahun sejatinya mengingatkan manusia bahwa umur semakin berkurang, sedangkan kesempatan beramal semakin sempit. Karena itu, waktu dalam Islam dipandang sebagai amanah besar yang tidak boleh disia-siakan.

Umur sebagai Amanah yang Dipertanggungjawabkan

Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa umur akan menjadi salah satu objek hisab paling awal pada hari kiamat:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan.”
(HR. al-Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa waktu bukan milik mutlak manusia, melainkan titipan Allah. Imam al-Mubarakfuri menjelaskan bahwa pertanyaan tentang umur mencakup seluruh fase kehidupan:
masa muda, dewasa, hingga tua, serta apa yang dominan dilakukan di dalamnya.²

Karena itu, setiap tahun yang berlalu sejatinya membawa satu pertanyaan besar: apakah amal kita bertambah atau justru berkurang?

Muhasabah: Jalan Orang Beriman
Para ulama salaf sangat menekankan pentingnya muhasabah. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:
يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap hari yang berlalu, maka sebagian dari dirimu pun pergi.”

Ungkapan ini menunjukkan pandangan ulama salaf tentang waktu: hilangnya hari berarti berkurangnya kehidupan, bukan sekadar bergantinya tanggal. Oleh karena itu, orang beriman bukanlah yang panjang angan-angan, tetapi yang paling siap menghadapi kematian dengan bekal amal.

Setiap Amal Akan Diperlihatkan

Keyakinan akan hisab amal ditegaskan dalam firman Allah ﷻ:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ۝ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.”
(QS. az-Zalzalah [99]: 7–8)

Ayat ini menanamkan kesadaran bahwa tidak ada amal yang sia-sia, sekecil apa pun. Ibn ‘Asyur menegaskan bahwa ayat ini berfungsi membangun kesadaran etis dalam diri seorang mukmin agar tidak meremehkan kebaikan maupun dosa kecil.³

Pergantian Tahun sebagai Momentum Perbaikan

Dalam Islam, pergantian tahun seharusnya dimaknai sebagai: –

  • Memperbanyak taubat dari dosa yang lalu-
  • Memperbaiki kualitas salat dan ibadah
  • Menjaga lisan dan akhlak
  • Menambah amal saleh yang ikhlas dan bermanfaat

Orang yang beruntung adalah yang akhir harinya lebih baik daripada awalnya, sedangkan orang yang merugi adalah yang stagnan atau justru semakin jauh dari Allah.

Tahun boleh berganti, tetapi catatan amal tidak pernah berhenti. Malaikat terus menulis, dan suatu saat lembaran itu akan dibuka di hadapan Allah Yang Maha Adil. Maka, sebelum datang hari perhitungan, marilah kita menghitung diri kita sendiri.

Semoga Allah ﷻ menganugerahkan kepada kita umur yang berkah, amal yang diterima, dan akhir kehidupan yang husnul khatimah. (*)

Daftar Referensi:

Ibn Katsir, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Beirut: Dār al-Fikr, tanpa tahun, jil. 4.
al-Mubārakfūrī, Tuḥfat al-Aḥwadzī bi Syarḥ Jāmi‘ al-Tirmidzī, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, jil. 6.
Ibn ‘Āsyūr, al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, Tunis: Dār al-Tūnisiyyah, jil. 30.
al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Beirut: Dār al-Ma‘rifah, jil. 4 (Kitāb al-Murāqabah wa al-Muḥāsabah).
al-Nawawī, Riyāḍ al-Ṣāliḥīn, Beirut: Dār al-Fikr.

Tinggalkan Balasan

Search