Surat At-Takatsur ini tentu tak asing lagi bagi kaum muslimin. Setiap momen shalat berjamaah, surat ini sering dibaca para imam. Inilah surat yang mengingatkan kita untuk tidak bermegah-megahan.
Dinamai At-Takatsur (bermegah-megahan) diambil dari ayat pertama pada surat ini. Surat At-Takatsur terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah. Allah berfirman,
اَلْهٰٮكُمُ التَّكَا ثُرُ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,”
(QS At-Takasur: 1)
Wahai manusia, bermegah-megahan dalam harta, keturunan, dan pengikut telah melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah. Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, Allah mengungkapkan bahwa manusia bermegah-megahan dengan harta, teman, dan pengikut yang banyak, sehingga melalaikannya dari kegiatan beramal.
Mereka asyik dengan berbicara saja, terperdaya oleh keturunan mereka dan teman sejawat tanpa memikirkan amal perbuatan yang bermanfaat untuk diri dan keluarga mereka. Diriwayatkan dari Mutharrif dari ayahnya, ia berkata:
“Saya menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca At-Takatsur, beliau bersabda: ‘Anak Adam berkata, ‘Inilah harta saya, inilah harta saya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Wahai anak Adam! Engkau tidak memiliki dari hartamu, kecuali apa yang engkau makan, dan telah engkau habiskan, atau pakaian yang engkau pakai hingga lapuk, atau yang telah kamu sedekahkan sampai habis.” (HR Muslim)
Diriwayatkan pula bahwa Nabi bersabda,
“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah harta, sungguh ia ingin memiliki 2 lembah harta, dan seandainya ia memiliki 2 lembah harta, sungguh ia ingin memiliki 3 lembah harta, dan tidak memenuhi perut manusia (tidak merasa puas) kecuali perutnya diisi dengan tanah, Allah akan menerima taubat kepada orang yang bertaubat.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan At-Tirmidzi, dari Anas?
Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu, serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (QS Al-Hadid: 20)
Salah satu penawar agar tidak cinta dunia dan berbangga-bangga dengan kemegahan, hendaknya mengingat mati.
Nabi mengingatkan,
“Saya pernah melarang kamu menziarahi kubur, maka sekarang ziarahilah kubur itu, karena menziarahi itu akan menjadikan zuhud dari kemewahan dunia dan mengingatkan kamu kepada kehidupan akhirat.” (HR Ibnu Majah, dari Ibnu Mas’ud)
Semoga bermanfaat.
