Kemarahan beliau adalah karena Allah. Ummul Mu’minin ‘Aisyah –radliyallaahu ‘anha- menyampaikan kepada kita:
مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلاَّ أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ وَمَا انْتَقَمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلاَّ أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللهُ فَيَنْتَقِمُ ِللهِ بِهَا
“Tidaklah Rasulullah saw. diberi pilihan di antara 2 hal kecuali beliau ambil yang paling mudah di antara keduanya selama tidak ada (unsur) dosa. Jika ada(unsur) dosa, beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Tidaklah Rasulullah Saw. membalas (ketika disakiti) untuk dirinya sendiri, namun jika hal-hal yang diharamkan Allah dilanggar, beliau membalas untuk Allah ‘Azza wa Jalla “(H.R AlBukhari-Muslim)
Memang ketersinggungan terhadap hal ini pun perlu diekspresikan dengan tepat, tidak asal marah dan malah terprovokasi melakukan kezaliman.
Apalagi saat ini banyak orang yang sengaja memancing emosi dan keributan dengan melecehkan agama Allah.
Pada intinya, rasa tersinggung dan marah merupakan emosi manusiawi yang pasti dimiliki semua manusia normal pada umumnya. Akan tetapi, tergantung keimanan ataukah hawa nafsu yang berhasil mengendalikannya.
Semoga kita masuk dalam golongan orang-orang yang berlapang dada dan tidak mudah tersinggung. Karena satu-satunya yang menjadi tujuan kita adalah penghargaan Allah, dan bukannya manusia. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News