Manajemen Kontrol dalam Al-Qur'an (Bagian 2)
Aunur Rofiq

*) Oleh: Aunur Rofiq, Ph.D,
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim

Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk bagi kehidupan manusia, tentu tidak banyak menyinggung aspek-aspek teknis, termasuk dalam konteks manajemen kontrol.

Namun demikian kita dituntut untuk berusaha menyingkap dari pesan-pesan universal (the universal messages) agar dapat menjadi bimbingan bagi umat.

Ada tiga aspek manajemen kontrol dalam Al-Qur’an:

A. Self control (raqabah dzatiyah) dalam Al-Qur’an mendapat perhatian prioritas dalam manajemen kontrol. Dia juga merupakan piranti paling efektif, karena berhubungan langsung dengan spiritual skill.

Self control sebenarnya netral, dia bisa dimiliki oleh siapapun, bahkan yang atheis sekalipun. Namun dalam Qur’anic world view tidak demikian, dia harus diwarnai dengan spiritual skill yang berparadigma tauhid.

Baca juga: Manajemen Kontrol dalam AL-Qur’an (Bagian 1)

Unsur-unsur pembentuknya di antaranya adalah ajaran takwa kepada Allah. Takwa didefinisikan oleh Imam Ali sebagai berikut:

الخَوْفُ مِنَ الجَليْلِ وَالْعَمَلِ بِالتَّنْزِيْلِ والإِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا مِنَ الدُّنْيَا بِالْقَلِيْلِ.

“Takut kepada Allah, Raja Yang Maha Gagah Perkasa, beramal dengan petunjuk wahyu, aktif mempersiapkan diri untuk bekal hari akhir dan rida, ikhlas dengan harta dunia yang dimilikinya walaupun sedikit (qona’ah)” (Ibnu Abi al-Dunya, Subul wa al-Rassyad li al-Shalihy al-Syamy).

Self control yang baik, akan lahir dari spritualitas yang baik (spiritual skill), dan spiritual skill akan aktif secara baik jika konsep takwa terinternalisasi dalam diri seseorang yang selanjutnya termanifestasi dalam perilaku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini