Tanyakan Pada Salafi: Apakah Menyanyikan Lagu Indoenesia Raya Juga Haram ?
Dr. Nurbani Yusuf

*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf

Tanyakan pada kelompok yang merasa paling benar paling nyunah paling dekat dengan para salaf saleh dan mengklaim kelompoknya punya otoritas memvalidasi hukum halal dan haram itu: Apakah menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Muhammadiyah dan Yala al Wathan juga haram?

Sebab salafi tak akan terima hujjah sekuat apa pun yang tidak diucap dari lisan gurunya, ketika saya bawakan ayat Al-Qur’an mereka bilang, tafsirnya tidak begitu, ketika saya bawakah hadis mereka bilang, ini dhaif.

Gus Baha’ menganjurkan: Gerakan Cangkem Elek. Afwan, saya tak akan kutip fatwa Majelis Tarjih tentang hukum musik pasti di-tahdzir, tapi cangkem elek.

***

Jadi, benarkah menyanyikan lagu Indonesia Raya bisa melupakan Tuhan. Menyanyikan Mars Muhammadiyah dan Mars Aisyiyah menjauhkan diri dari jalan yang benar mendekatkan pada jalan bathil.

Menyanyikan Mars Yala al Wathon dapat melemahkan ghirah perjuangan tegakkan syiar Islam ??? Ah…, Yang bener saja.

Ibarat penyamun keluar dari sarangnya — pernyataan ustaz Adi Hidayat tentang musik syair dan tafsir atas surat as-Syyura seperti dua mata pedang — yang tak pandai bermain bakal terluka, dan memancing kelompok salafi membuka jati dirinya. Dengannya menjadi jelas: siapa ana siapa antum.

Membuat kelompok salafi gerah dan tak mampu menahan untuk tidak memperlihatkan karakter aslinya saya pikir sebuah jebakan maha dahsyat yang bisa memporak porandakan strategi yang lama di susun, tanyakan pula:

Apakah Milad Muhammadiyah itu bid’ah? Apalah Harlah NU juga bid’ah? Apakah HUT 17 Agustus tidak ada dalil dan tuntunan dari Nabi saw dan salaf saleh?

***

Gampang men-tahdzir menjadi karakter yang susah diubah betapa pun itu. Merasa paling benar. Paling adil. Paling takwa adalah hal lain yang melekat dalam karakter yang spontan kerap terungkap,

Seseorang mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, bertakwalah kepada Allah.’
Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan beliau menjawab;
‘Celaka kau, bukankah aku penduduk bumi yang paling bertakwa kepada Allah.’

Beragama penuh curiga. Selalu berprasangka buruk dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang negatif.

Anti budaya. A-sosial, dan jauh dari akhlaqul karimah yang diajarkan Nabi saw. Bukankah para ulama salaf selalu mengedepankan akhlaqul karimah jika berikhtilaf, bukan mentahdzir dan mudah memberi stigma sesat, liberal kafer karena tidak sepandangan.

***

Nabi Muhammad saw bersabda: “Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al-Qur`an. Di mana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka.

Demikian pula salat kalian daripada salat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian.

Mereka membaca Al-Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al-Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al-Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka.

Salat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini