UM Surabaya

Cara Kedua:
Melakukan agitasi terhadap tokoh atau ulama setidaknya dai atau mubalighnya. Dengan begitu paham salafi wahabi akan cepat dan mudah tersebar. Agitasi terhadap takmir masjid pengurus pimpinan dan mubaligh sangat efektif mensosialisasikan doktrin- doktrin salafisme

Cara Ketiga:
Kemudahan memberikan beasiswa ke timur tengah terutama kepada ma’had yang berafiliasi salafisme dan wahabisme.

Sebagian besar kita tidak memperhatikan manhaj dan ideologi tujuan belajar, akibatnya fatal: setelah pulang mengubah manhaj dan menyalahkan tatanan organisasi.

Cara Keempat:
Medsos sebagai ruang publik. Medsos adalah ruang paling efisien menyambung gagasan dan silaturahmi.

Komunitas tanpa halaqah. Jamaah tanpa masjid. Salafisme Wahabisme sangat cerdik memanfaatkan dunia maya.

Ribuan follower tumpah ruah dalam genggaman. Mungkin pengajiannya dibubarkan, tapi halaqah di medsos siapa bisa cegah?

Baca juga: Tanyakan Pada Salafi: Apakah Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Juga Haram?

Cara Kelima:
Dukungan finansial dari simpatisan Salafi baik personal atau perkumpulan yang di Timur Tengah, Yaman dan negara-negara Islam lainnya membangun pesantren, ma’had dan rumah tahfidz yang ber-manhajdz Salafi yang tumbuh menjamur tidak terkendali.

Cara ini terbukti ampuh dan efektif sebagaimana lazimnya organisasi tanpa bentuk (OTB).

Salafi gagal di NU karena sangat kuat dan kental ideologi aswajanya. Sebaliknya Muhammadiyah adalah sasaran paling empuk, sebab punya banyak kemudahan sebagai pintu masuk:

Muhammadiyah berideologi terbuka dan egaliter. Orangnya sangat baik, sederhana, lugu dan selalu husnudzan, di samping suka memberi.

Kemudahan lainnya karena memiliki banyak kesamaan dalam amalan ibadah mahdhoh. Pengelolaan asetnya sentralistik tapi di kelola otonomi di bawah, akibatnya sering ambigu dan tidak punya kekuatan untuk mengambil kebijakan pengelolaan aset terutama masjid karena kurang kontrol.

Dari sinilah salafisme-wahabismi masuk, tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pimpinan Muhammadiyah mengambil jalan moderat dan memberi ruang bergerak terhadap salafiisme.

Baca juga: Salaf Ashli dan ‘Salaf Falsu’?

5 KOMENTAR

  1. Maka kaderisasi penting, kita sering terkagum kagum dg pesatnya perkembangan amal usaha, tapi kita lupa mengupayakan keberlangsungan penggemblengan kaderisasi lewat amal usaha itu sendiri.

  2. Mantap Ustadz. Mungkin lebih bagus kalau riset dilakukan dengan cara hadir ke kajian2nya. Rasakan perbedaan kajian disana. Karena umumnya Ustadz Salafi-Wahabisme sudah sangat upgrade dengan ilmu. Saya sering memperhatikan ustadz2 dari kalangan Muh, dan NU ternyata masih banyak yg tidak pas Makhraj Hurufnya. Padahal Ilmu membaca Qur’an adalah Pokoknya, bahkan mereka ada yg sudah S2 ilmu agama dsb.
    Dan organisasi masih fokus dengan Kaderisasi yg tujuannya utk menambah jumlah anggota. Berbanding terbalik dg Salafi-Wahabi yg tujuan mereka murni dakwah, menyampaikan kebenaran sesuai yg mereka fahami sekalipun bertentangan dengan kebiasaan masyarakat.
    Karna saya masih sering lihat ust2 muhammadiyah yg masih berfaham aswaja alias masih ndak berani mensyirkan bacaan basmalahnya, dzikir bersama karna masy disana masih dzikir bersama, dsb.

    Jadi, jika memang Muhammadiyah mau berbenah, ayo disaring kembali ustadz2nya.
    Jangan sampai mereka berceramah tanpa ilmu dan hanya modal Tokoh masyarakat dan tidak mau belajar dg ustadz2 lain krna kebnyakan jadwal ceramahnya.

    • Orang awam yang dikehendaki pendekatan doktriner. Ustadz-ustadz Salafi terhadap hadits sangat rigid rawi dan sanad menjadi titik lemah hadits. Namun dalam memegang pendapat ustadz rujukannya kokoh seperti memegang hadits. Padahal pendapat ustadz itu dalam timbangan hukum Islam adalah dzonniyyu al dalalah (hujjah persangkaan). Ustadz2 Salafi tidak memberikan ruang dalam perkara hal itu ada ulama yang memiliki pandangan berbeda. Jika para ustadz semua Ormas mengambil cara-cara doktriner, kebenaran tunggal, padahal padanya terdapat ruang perbedaan maka yang akan terjadi di tengah umat Islam adalah clash (pertikaian) seperti pada abad pertengahan. Terjadi saling pembunuhan yang dikenal dengan peristiwa al-Mihnah.

      Contoh yang anda ketengahkah tentang mensyirkan bacaan basmalah, silahkan merujuk pada hasil musyawarah nasional Tarjih.

      Untuk peningkatan kapasitas, kompetensi dan keilmuan tentu itu menjadi tanggungjawab pribadi-pribadi. Muhammadiyah tidak kurang-kurang memberikan dorongan berupa pemberian beasiswa dan rekomendasi untuk kemajuan belajar.

  3. Fenomena yang sama kita temukan di daerah saya, adanya pondok tahfidz yang menjadi embrio lahirnya rumah rumah tahfidz, da’wahnya menggurita, mereka melakukan promosi dengan sedikit bicara banyak kerja, para hafidz yang memang bersuara merdu menyerbu masjid masjid Muh dan masjid tanpa label, mereka menjadi imam dan melakukan pemberantasan buta huruf Alquran, serta kajian sehingga pelan tapi pasti Muh kehilangan simpatisan, bagus memang tetapi kadang terkesan jadi tidak toleran, dan dominan. Mereka tidak menyadari ngaji dimana masjidnya siapa. Dan sebagai kader Muh, rasa keprihatinan sangat saya rasakan, antisipasi saya lakukan dengan cara memberikan usulan tetapi tidak ada respon dan jawaban serta tanggapan. Untuk itu Muh sebaiknya membuat ruang publik online dengan menampung pemikiran pemikiran para kader dan simpatisan, buat mereka bisa login otomatis dengan NBM. akan akan kami sampaikan usulan usulan yang tidak pernah di respon dan tidak ada tanggapan sebagai masukan dan bahan kajian dari kader kader yang masih punya perhatian dan kesadaran supaya dapat dijadikan kerangka untuk menyusun kebijakan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini