*)Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Penulis tetap Rubrik “Bina Akidah” majalah Suara Muhammadiyah
Di usia tua, tubuh melemah. Lutut terasa sakit, punggung nyeri, penglihatan kabur, pendengaran berkurang. Namun, banyak orang tua tetap melangkah ke masjid. Mereka tertatih, bahkan perlu dituntun. Semua itu karena iman.
Ada yang melihat jelas, mendengar baik, tubuhnya kuat. Ia bisa berjalan pagi, bersepeda, dan beraktivitas dengan bugar. Ngopi sampai larut malam pun dilakoni. Namun, untuk berangkat ke masjid, ia selalu punya seribu satu alasan. Kakinya yang kuat enggan melangkah ke tempat sujud.
Allah tidak melihat rupa atau bentuk tubuh manusia. Rasulullah bersabda: “Innallaha la yandzuru ila suwarikum wa la ajsamikum, wa lakin yandzuru ila qulubikum wa a’malikum.” Allah melihat hati dan amal seseorang, bukan fisiknya. Kekuatan sejati bukan terletak pada otot yang kokoh, tetapi pada hati yang bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Kesungguhan Iman
Kesungguhan seseorang dalam beribadah menunjukkan kualitas imannya. Jika seseorang bersungguh-sungguh ingin dekat dengan Allah, ia akan mencari jalan. Fisik bukan mencari alasan.
Banyak masjid besar dengan bangunan megah, tetapi jamaahnya didominasi orang tua. Di mana para pemuda? Mereka memiliki fisik yang prima, tetapi hatinya lemah. Mereka lebih sibuk dengan urusan dunianya.
Rasulullah mengingatkan tentang kecintaan terhadap dunia yang berlebihan. Nanti, kata Rasulullah, ada generasi yang “Hubbud dunya wa karahiyatul maut.” Cinta dunia dan takut mati. Cara pandang ini membuat seseorang lalai dari akhirat. Fasilitas hidup semakin baik, kemudahan semakin banyak, tetapi banyak orang justru semakin jauh dari ibadah.
Istikamah dalam Iman
Yang terpenting bukan seberapa banyak seseorang beribadah dalam satu waktu, tetapi seberapa istikamah ia menjalankannya. Allah tidak melihat seberapa kuat fisik seseorang, tetapi seberapa besar kesungguhannya dalam menjaga iman.
Orang tua yang tertatih ke masjid adalah bukti bahwa iman lebih kuat dari tubuh. Jika hati memiliki tekad yang besar, tubuh akan mengikuti. Semoga kita bisa menjadi hamba yang istiqamah, bukan hanya kuat fisik, tetapi juga kuat iman.
Tetapi, jika fisik benar-benar tidak mampu dan harus istirahat, maka istirahatkanlah. Allah dan Rasul-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang bukan hanya mendzalimi Allah, Rasul-Nya dan orang lain, melainkan juga mendzalimi dirinya sendiri. Wallahu a’lamu. (*)