Semangat dakwah dan pengelolaan amanah wakaf Muhammadiyah di Lumajang kembali menemukan wujud konkretnya.
Tim Satgas Percepatan Wakaf Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lumajang melakukan kunjungan intensif ke dua wilayah ekstrem secara geografis, yaitu Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Rowokangkung di ujung timur dan PCM Senduro di ujung barat Lumajang.
Perjalanan ini bukan sekadar inventarisasi aset, melainkan simbol kuat komitmen menjaga amanah umat, hingga ke kaki Gunung Semeru.
Perjalanan pada Senin (30/1/2025), dimulai dengan menyusuri wilayah pesisir timur Lumajang yang berbatasan langsung dengan Sarimulyo, Kabupaten Jember.
Di wilayah PCM Rowokangkung, rombongan Satgas yang terdiri dari Nadjib Faizin, M. Yusuf Hidayatullah, Syahrul Ramadhan, dan Kuswantoro, disambut hangat oleh Ketua PCM Mundir, Sekretaris Aulia Basmala, dan Wakil Ketua Bidang Wakaf, H. Sochib Wibisono.
Kunjungan berlangsung di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Rowokangkung, yang menjadi pusat aktivitas organisasi setempat.
Dalam pertemuan itu, H. Sochib memaparkan bahwa PCM Rowokangkung saat ini mengelola 31 bidang tanah wakaf Muhammadiyah, dengan beragam fungsi, mulai dari lahan pertanian, masjid, lembaga pendidikan, hingga yang paling menarik: pasar wakaf.
“Ini satu-satunya cabang di Lumajang yang memiliki pasar wakaf,” ujar Sochib bangga.
Dia lalu menjelaskan, pengelolaan pasar ini menjadi upaya kemandirian ekonomi umat berbasis wakaf, meski tetap menghadapi tantangan dalam aspek legalitas dan administrasi.
Sochib pun menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Satgas. “Ini yang diharapkan dari kami PCM Rowokangkung. PDM menjemput bola hingga akar rumput untuk mendampingi aset Muhammadiyah, karena ini milik bersama. Mari kita urus bersama-sama,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan agenda di timur, perjalanan berlanjut ke wilayah Senduro, terletak di lereng Gunung Semeru dan berbatasan dengan Kabupaten Malang.
Suasana pegunungan yang sejuk menyambut rombongan saat tiba di GDM Senduro, sebuah bangunan megah yang berdiri dari swadaya warga Muhammadiyah setempat.
Kehadiran Tim Satgas disambut oleh Ketua PCM H. Supardi, Sekretaris Saiful, serta jajaran PCM lainnya.
Dalam sesi diskusi hangat, Supardi melaporkan bahwa PCM Senduro memiliki 11 bidang tanah wakaf yang dimanfaatkan untuk masjid, musala, lembaga pendidikan, hingga panti asuhan.
Namun, lebih dari sekadar angka, Supardi menekankan pentingnya filosofi perjuangan.
“Gedung Dakwah ini bukan wakaf, tapi hasil pembelian dari jamaah sendiri. Kami ingin meneladani semangat KH Ahmad Dahlan dalam tafsir Al-Ma’un. Dakwah harus memberi contoh nyata agar bisa ditiru oleh yang lainnya,” tegasnya.
Prinsip kemandirian yang diusung PCM Senduro menjadi inspirasi. Di tengah kondisi geografis yang menantang, mereka tidak sekadar menunggu bantuan, melainkan bergerak dengan kekuatan jamaah untuk mewujudkan sarana dakwah yang representatif dan berkelanjutan.
Kunjungan Satgas ke dua PCM ini menghasilkan keputusan strategis yang sangat penting: seluruh cabang Muhammadiyah di Lumajang sepakat untuk mengumpulkan dan menyimpan salinan sertifikat aset wakaf secara terpusat di Kantor PDM Lumajang.
Kebijakan ini diambil guna menjaga keamanan dokumen, memastikan keberlanjutan aset, serta memudahkan pemantauan dan pendampingan secara kelembagaan.
Langkah ini menunjukkan kesadaran bersama akan pentingnya tata kelola wakaf yang profesional dan bertanggung jawab. Wakaf bukan semata urusan administratif, tetapi amanah perjuangan dakwah lintas generasi.
Lebih dari sekadar kegiatan pendataan, perjalanan Satgas Percepatan Wakaf ini merekam jejak semangat yang membentang dari pesisir hingga pegunungan.
Di Rowokangkung, pasar wakaf menjadi simbol ekonomi umat yang tumbuh dari tanah wakaf. Di Senduro, Gedung Dakwah megah dan panti asuhan hasil swadaya menegaskan kekuatan kolektif jamaah dalam membangun infrastruktur dakwah.
Kegiatan ini mencerminkan bagaimana Muhammadiyah Lumajang membangun ekosistem dakwah yang utuh: dari aspek spiritual, pendidikan, sosial, hingga ekonomi.
Dengan pengelolaan aset wakaf yang lebih baik, misi dakwah bisa berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.
Hari yang penuh aktivitas dan makna ditutup dengan suasana kekeluargaan. Usai pendataan, rombongan Satgas dijamu makan malam dan berbincang santai di Warung Kopi milik Pak Sis, anggota Majelis Ekonomi PDM Lumajang, yang juga menjadi bagian dari gerakan ekonomi umat Muhammadiyah. Obrolan akrab bersama H. Supardi dan Saiful menambah semangat kebersamaan di tengah dinginnya udara malam pegunungan.
Dari ujung timur di Rowokangkung hingga lereng Semeru di Senduro, Tim Satgas Percepatan Wakaf PDM Lumajang membuktikan bahwa dakwah tidak mengenal batas geografis.
Amanah umat berupa aset wakaf ditata kembali dengan semangat kebersamaan, profesionalisme, dan keikhlasan.
Langkah ini adalah bukti bahwa Muhammadiyah tak hanya membangun masjid atau sekolah, tetapi juga merawat nilai, amanah, dan semangat berkemajuan yang diwariskan dari para pendahulu. Sebuah kerja sunyi yang akan menjadi tonggak bagi masa depan dakwah di Lumajang dan sekitarnya. (*/tim)
