Ketika Masjid Kehilangan Ruhnya: Refleksi dari Tragedi Sibolga dan Krisis Fungsi Rumah Allah

*) Oleh : Moh. Mas’al, S.HI. M.Ag
Kepsek SMP Al Fattah dan Anggota MTT PDM Kab SIdoarjo
www.majelistabligh.id -

Tragedi memilukan mengguncang masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, setelah muncul kabar seorang pemuda tewas dikeroyok di halaman Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara, Jumat (31/10/2025) dini hari.

Menurut laporan media, pemuda tersebut berniat beristirahat di masjid setelah perjalanan panjang, namun dilarang tidur oleh sejumlah orang yang kemudian menganiayanya hingga meninggal dunia. Peristiwa ini sontak menimbulkan keprihatinan mendalam: bagaimana mungkin tempat paling suci dan aman bagi umat Islam, justru menjadi saksi kekerasan dan kehilangan empati kemanusiaan?

Kronologi yang tersebar menunjukkan bahwa pemuda itu datang pada waktu dini hari untuk beristirahat di serambi masjid. Ia diingatkan oleh beberapa orang agar tidak tidur di sana. Perselisihan kecil terjadi dan berujung pada aksi pengeroyokan brutal. Ia pun ditemukan tak bernyawa di dekat area masjid.

Tragedi ini bukan hanya kisah kriminal, tetapi cermin suram wajah sebagian pengelolaan masjid hari ini — ketika masjid kehilangan ruh kasih sayang dan perlindungan yang menjadi identitasnya di masa Rasulullah ﷺ. Sebaliknya, di sisi lain negeri ini, ada pula masjid yang memasang papan bertuliskan: Masjid ini terbuka 24 jam, tentu dengan manajemen dan tata kelola yang baik.” Dua potret ini mencerminkan wajah kontras umat Islam hari ini: antara masjid yang hidup dengan rahmah dan keterbukaan, dan masjid yang kehilangan jiwa spiritual serta fungsinya sebagai tempat perlindungan.

Masjid di Zaman Nabi ﷺ: Pusat Spiritualitas dan Peradaban

Sejarah mencatat bahwa fungsi pertama dan utama masjid di zaman Rasulullah ﷺ bukan sekadar tempat shalat, melainkan pusat peradaban Islam. Ketika Nabi ﷺ hijrah ke Madinah, Masjid Nabawi menjadi pusat pembinaan umat, pendidikan, sosial, politik, dan kemanusiaan. Di sanalah kaum muslimin bermusyawarah, menuntut ilmu, menerima tamu asing, dan bahkan berlindung dari kesulitan hidup.

Allah ﷻ berfirman:

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ

“(Masjid-masjid itu berada) di rumah-rumah yang Allah izinkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya; bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. An-Nūr [24]: 36)

Ayat ini menunjukkan bahwa kemuliaan masjid bukan pada megahnya bangunan, tetapi pada hidupnya dzikir, ilmu, dan amal kebaikan di dalamnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا

“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya.” (HR. Muslim, no. 671)

Kecintaan Allah pada masjid karena di sanalah nilai rahmah, persaudaraan, dan ketaatan ditumbuhkan. Masjid menjadi ruang aman bagi siapa pun — baik muslim maupun nonmuslim, kaya maupun miskin, penguasa maupun rakyat kecil.

Ketika Masjid Hanya Menjadi Bangunan Tanpa Ruh

Fenomena modern menunjukkan banyak masjid megah dengan arsitektur memukau, namun kosong dari fungsi sosial dan spiritual. Sebagian dikunci rapat setelah shalat Isya, sebagian dijaga seolah tempat eksklusif, bahkan ada yang mengusir fakir, musafir, atau gelandangan yang mencari tempat aman.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengingatkan:

إِذَا خَلَتِ الْمَسَاجِدُ مِنَ الذِّكْرِ وَالْعِلْمِ فَلَيْسَتْ إِلَّا جُدْرَانًا وَسُقُوفًا

“Jika masjid telah kosong dari zikir dan ilmu, maka ia tidak lain hanyalah dinding dan atap belaka.” (Madarij as-Salikin, 1/450)

Tragedi di Sibolga menjadi tanda bahwa sebagian masjid telah kehilangan fungsinya sebagai tempat rahmat. Bukan hanya kehilangan ruh spiritual, tetapi juga nilai kemanusiaan yang seharusnya tumbuh di bawah naungan kalimat “La ilaha illa Allah.”

Optimalisasi Fungsi Masjid: Menghidupkan Kembali Model Nabawi

Untuk mengembalikan ruh masjid, kita perlu meneladani model Masjid Nabawi — bukan hanya dalam bentuk, tetapi dalam fungsi dan semangatnya.

Masjid harus menjadi:

  1. Pusat Pembinaan Ruhani dan Akhlak
    Masjid bukan hanya tempat shalat, tetapi juga tempat menumbuhkan karakter dan kasih sayang, tempat orang merasa diterima, bukan dihakimi.
  2. Pusat Pendidikan dan Dakwah
    Menghidupkan halaqah ilmu, kajian Qur’an, dan forum kebajikan. Nabi ﷺ bersabda:

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Kitab Allah, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan.” (HR. Muslim, no. 2699)

3. Pusat Sosial dan Kemanusiaan

Masjid harus membuka pintu bagi musafir, korban bencana, atau mereka yang mencari kedamaian. Imam al-Ghazali menulis:

المسجد بيت كل مؤمن، ومن دخله كان آمناً

“Masjid adalah rumah bagi setiap mukmin; siapa pun yang memasukinya, ia merasa aman.” (Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn, 2/161)

4. Pusat Rekonsiliasi dan Ukhuwah

Masjid seharusnya menjadi tempat menyatukan, bukan memecah. Di sinilah semangat ummah tumbuh

Membangun Kembali Wajah Umat Melalui Masjid

Masjid sejatinya adalah wajah umat Islam. Jika wajah itu mulai kusam dan menakutkan, maka dunia akan menilai Islam demikian pula. Tragedi di Masjid Agung Sibolga menjadi peringatan keras, bahwa ketika masjid kehilangan ruhnya, umat pun kehilangan arah peradaban. Sebaliknya, masjid yang terbuka 24 jam, ramah kepada semua, dan terkelola dengan amanah adalah cermin kebangkitan Islam yang sejati.

Rasulullah ﷺ bersabda:

الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ

“Seorang mukmin sejati adalah yang membuat orang lain merasa aman dari gangguan terhadap jiwa dan hartanya.” (HR. Tirmidzi, no. 2627)

Sudah saatnya masjid kembali menjadi tempat aman bagi semua jiwa, bukan sekadar bangunan megah tanpa kehidupan. Menghidupkan kembali fungsi masjid berarti menghidupkan kembali rahmat Islam itu sendiri.

Referensi

  1. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Al-Ghazali, A. H. (n.d.). Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn (Vol. 2). Beirut: Dar al-Ma‘rifah.
  3. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. (n.d.). Madarij as-Salikin (Vol. 1). Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
  4. Muslim, I. (n.d.). Ṣaḥīḥ Muslim. Beirut: Dar Ihya’ at-Turath al-‘Arabi.
  5. Tirmidzi, M. (n.d.). Sunan at-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami.
  6. co.id. (2025, November). Kronologi Pemuda Tewas Dikeroyok di Masjid Agung Sibolga Usai Dilarang Tidur Dini Hari.
  7. Sirjani, R. (2009). Al-Andalus: Min al-Fath ila as-Suquth. Kairo: Nahdat Misr.
  8. Kementerian Agama RI. (2023). Manajemen Masjid dan Pemberdayaan Umat. Jakarta: Dirjen Bimas Islam.

 

Tinggalkan Balasan

Search