Gegara numpang istirahat di masjid, Arjuna Tamaraya, seorang mahasiswa tewas meregang nyawa. Ia dikeroyok beberapa orang di dalam dan pelataran Masjid Agung Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada Jumat (31/10/2025) sekira pukul 03.30 WIB.
Ini bukan peristiwa pertama. Beberapa tahun silam seorang tukang ampli mati dibakar di halaman masjid karena disangka nyolong ampli masjid. Ada juga maling sendal bernasib mengenaskan, wajahnya babak belur disiksa para penghuni masjid, kemudian difoto dan dipajang di mading (majalah dinding) halaman depan masjid. Beberapa peristiwa ini terlihat horor, padahal masjid seharusnya menyejukkan.
Ada masjid horor memang bukan isu, meski banyak juga masjid yang ramah, menyedikan makan minum atau tempat istirahat buat para musafir yang kelelahan karena perjalanan jauh. Sekedar melepas lelah. Melahab bekal. Mengandarkan kaki atau memejamkan mata membunuh penat.
Jangan tidur di dalam masjid! Yang tidur di masjid harus dibangunkan dan diusir paksa. Ini aturan pertama, semacam regulasi tertulis sangat besar dengan tanda seru berwarna merah. Jangan gaduh, matikan hp, jangan tertawa. Masuk masjid harus pasang muka serius tak boleh ketawa. Ini rumah Allah tidak boleh cengengesan!
Di kota saya, lima belas tahun silam seorang jamaah diusir dan ditolak masuk masjid gegara pakai kaos oblong bertuliskan nama merk obat pestisisa (curacron). Beberapa waktu berselang disediakan kamar ganti buat pengunjung yang ndableg pakai kaos oblong bertuliskan macam macam merek atau jargon dan logo termasuk : ‘Aku Bangga Jadi Santrine Kyai Dahlan’ dilepas sementara karena dianggap berpotensi mengurangi kekhusyuan.
***
Jumat, Sabtu dan Ahad saya rutin luar kota— dari kajian Sabtu atau Ahad Pagi. Innova tua warisan Prof. Malik Fadjar setia menemani. Setiap tiga bulan sekali ganti oli karena padat perjalanan.
Selama itu pula, Saya tak pernah tidur di hotel atau penginapan juga tak bawa sopir karena tak cukup dana. Bawa bekal dari rumah dan istirahat di mobil di halaman SPBU terdekat nunggu waktu pengajian tiba.
Beberapa kali numpang di halaman masjid, terasa tak nyaman. Para pengurus menatap penuh curiga apalagi kedatangan saya sekira pukul dua atau tiga dini hari. Saat para maling beroperasi. Wajar jika kedatangan saya disambut curiga. Maka SPBU menjadi pilihan utama. pegawainya ramah, tempat mandinya bersih, mushalanya lumayan.
***
Yaumul Harrah terjadi tanggal 26 Agustus 683 Masehi, adalah malam horor di Madinah ketika penduduk Madinah menolak baiat Khalifah Yazid bin Muawwiyah, ribuan penduduk Madinah dibantai setelah kalah perang. Ribuan wanita melahirkan tanpa bapak. Peristiwa tragis setelah Karbala saat cucu Nabi SAW dibantai; kepalanya dipenggal diarak ke seluruh kota.
Sesama mukmin saling membantai.
Jamaah masjid mati di tangan warga sekitar masjid.
Jujur saya tak bisa menjelaskan: Kenapa orang yang merasa baik selalu memandang orang lain penuh curiga. (*)
